Buang Sial, Ratusan Warga Diruwat di Pendopo Agung Trowulan
Jumat, 16 Oktober 2015 17:51 WIB
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Ritual Ruwat Sukerta atau ritual siraman untuk membersihkan diri dari nasib sial digelar setiap awal bulan Suro di Pendopo Agung, Trowulan, Mojokerto. Ratusan peserta datang dari sejumlah daerah di tanah air untuk mengikuti ritual yang dipercaya bisa mendatangkan nasib baik tersebut.
Ritual tolak balak itu menggunakan tujuh jenis air yang dianggap suci pada zaman Majapahit dengan ritual khusus.
BACA JUGA:
Eksotisme Telasen Topak atau Lebaran Ketupat, Hari Raya-nya Puasa Sunnah Syawal
Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia
Cara Menghitung Weton Jodoh yang Benar
Berkenalan dengan Tari Jaranan
Pemangku adat dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawa (PLKJ) Koordinator Jawa-Bali yang memimpin ritual Ruwat Sukerta, Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek mengatakan, ada tujuh macam air suci yang selalu dipakai untuk ritual siraman tersebut. Yakni air kelapa, air laut tawar, air hujan, embun, sumber tempur, air sendang, serta air sumber dari tujuh petirtaan situs Majapahit.
"Yang pertama air kelapa yang kami ambil di Ujung Galuh, Pantai Kenjeran, Surabaya, lokasi itu sebagai pintu masuk ke Keraton Majapahit. Air kelapa kan bersumber dari sari-sari bumi yang naik ke atas, tidak ada kotorannya sama sekali, itu yang disebut air suci. Saya mengambil sendiri dan tidak boleh jatuh ke tanah," kata Kadek prosesi ruwat, Jumat (16/10).
Air suci ke dua, menurut Kadek diambil dari Pantai Ngobaran, Gunung Kidul, Yogyakarta dan Petirtaan Panglukan di Bali. Ternyata dibutuhkan ritual khusus untuk mengambil air laut yang tawar itu. Pasalnya, kedua lokasi itu dipercaya sebagai tempat bertapa Raja Brawijaya.
"Ada ritualnya berupa doa dan sesaji, kami permisi ke arwah para leluhur di sekitar situ, mengambilnya pun ada tata kramanya, harus pakai gayung. Di tempat itu dulu Raja Brawijaya bertapa saat akan memeberikan tahta kepada anaknya," ujarnya.
Air suci berikutnya, lanjut Kadek, merupakan air hujan yang pertama kali turun setelah musim kemarau. Menurutnya, air hujan disucikan sebab dianggap sebagai rajanya air di muka bumi.
Simak berita selengkapnya ...