"Partai" Jokowi Usung Ganjar-Khofifah atau Ganjar-Erick, Kenapa Puan Temui Surya Paloh?
Editor: MMA
Selasa, 30 Agustus 2022 14:08 WIB
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Presiden Joko Widodo bergerak gesit. Terutama mendongkrak Ganjar Pranowo. Padahal tanpa partai.
Ya, tanpa bendera partai, ternyata Jokowi lebih fleksibel. Bisa menggunakan fasilitas milik pemerintah: Istana milik negara dan stadion sepak bola milik Pemkot.
BACA JUGA:
Tumbangkan Puan dan Ibas, Caleg Pengeritik Jokowi Raih Suara Tertinggi se-Indonesia
[Hoaks] - Presiden Jokowi Undang Ketua Umum Partai Politik ke Istana
Hadiri Doa Bersama di Gresik, Mahfud MD Ajak Pilih Pemimpin yang Teladani Nabi Muhammad
Keniscayaan Deklarasi Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Selamat Tinggal Cebong dan Kampret
Harus, diakui Jokowi seolah sudah menjadi “partai” tersendiri. Tapi benarkah Jokowi akan menerbitkan Perppu untuk menghapus persyaratan pencalonan presiden 20 persen? Lalu kenapa Puan Maharani bertemu Surya Paloh? Benarkah Surya Paloh telah tinggalkan Jokowi?
Nah, silakan baca tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA hari ini, Selasa, 30 Agustus 2022. Atau Anda bisa baca di BANGSAONLINE di bawah ini. Selamat membaca: (PENGANTAR REDAKSI BANGSAONLINE)
PARA politisi sudah terlihat ingin ikut mencuri perhatian –yang belakangan terkuras habis ke Duren Tiga. Pergerakan orang politik begitu cepat belakangan ini.
Presiden Jokowi juga begitu aktif bersafari: menemui para relawan. Dan ditemui para pendukungnya. Tanpa partai pun Jokowi bisa mengerahkan masa melebihi yang empunya partai.
Kedatangan ketua PDI-Perjuangan ke kantor Partai Nasdem juga mencuri perhatian. Anda sudah tahu: Puan Maharani menemui Surya Paloh. Itu terjadi hanya sehari setelah Jokowi menemui ribuan pendukungnya di Gelora 10 November Surabaya.
Tanpa bendera partai, ternyata Jokowi lebih fleksibel. Bisa menggunakan fasilitas milik pemerintah: Istana milik negara dan stadion sepak bola milik Pemkot.
Pasangan Ganjar-Erick kelihatannya yang akan diusung ''partai'' Jokowi. Atau Ganjar-Khofifah. Atau Ganjar-Airlangga. Atau Ganjar-Siapa pun. Untuk itu rating Ganjar akan terus dikatrol –lewat popularitas Jokowi. Ganjar harus dikerek habis. Sampai setinggi batas ''tidak ada gabungan tokoh partai yang bisa menandinginya''.
Logikanya, Anda sudah punya: kalau rating Ganjar sudah di atas langit, partai-partai pasti merebut mencalonkannya. Terutama partai yang ingin merasakan nikmatnya kekuasaan.
Yang juga menarik: penampilan politik Jokowi di forum-forum relawan itu. Ia seperti anti-politik. "Jangan kesusu," katanya di Magelang. "Tahun 2024 masih lama. Jangan pikirkan itu. Ekonomi dulu," katanya di Surabaya. Lalu diingatkan lagi lewat medsosnya.
Melihat gerak politik Pak Jokowi yang begitu intensif apa pun bisa terjadi. Arah gerak itu bisa ke mana saja. Multi-arah. Tanpa partai pun Pak Jokowi tetap punya daya tarik yang besar. Apalagi sikap partai-partai toh belum jelas. Masih terbuka untuk segala kemungkinan.
Yang sudah terlihat agak jelas hanya Nasdem. Pimpinan puncak Nasdem, Surya Paloh, sudah menemui Pak Jokowi. Untuk pamitan. Bahwa dalam Pemilu dan Pilpres yang akan datang Nasdem akan punya sikap sendiri. Itu pamitan baik-baik. Untuk memenuhi sopan santun politik. Nasdem adalah koalisi Pak Jokowi selama ini. Koalisi itu antar partai. Pak Jokowi bukan ketua partai. Sudah dua kali pula menjabat presiden. Sudah maksimal. Tidak bisa lagi mencalonkan untuk periode ketiga.