Sukses Kiai Asep sesuai Hasil Survei Ahli Teori Bisnis Amerika
Editor: MMA
Rabu, 02 Agustus 2023 11:36 WIB
JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim mengaku memulai perjuangannya dari nol. Termasuk saat awal membangun pesantren di Pacet Mojokerto. Ia bahkan membeli tanah dengan cara menyicil.
“Saya hanya punya uang Rp 20 juta,” kata Kiai Asep saat menjadi pembicara dalam Seminar Entrepreneurship dan bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE, yang digelar BEM Unhasy di Aula Gedung A Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy)Tebuireng Jombang, Ahad (30/7/2023).
BACA JUGA:
Di Hadapan Warga Dawarblandong, Paslon Mubarok Siapkan Program Bedah Rumah Tak Layak Huni
Kampanye Perdana, Gus Barra-dr Rizal Langsung Menggebrak Enam Titik Lokasi di Jatirejo
Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi
Tanah itu seluas 1 hektar. Pemilik tanahnya menawarkan harga Rp 300 juta.
“Saya tak nawar karena saya tak punya uang. Masak gak punya uang nawar,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa pemilik tanah itu awalnya menawarkan Rp 500 juta. Tapi untuk Kiai Asep ia tawarkan Rp 300 juta.
Untuk pembayaran berikutnya, Kiai Asep memberikan mobil kepada pemilik tanah itu.
“Saya punya mobil kijang kapsul. Saya beli Rp 155 juta. Tapi saya hargai Rp 135 juta. Namun BPKB-nya ada di bank. Nanti 2 tahun lagi baru bisa diambil karena mobil itu kredit,” katanya.
Ternyata pemilik tanah itu mau. Pembayaran berikutnya?
“Saya janji satu tahun lagi,” kata Kiai Asep.
Di atas tanah itu, tutur Kiai Asep, hanya ada bangunan kecil. Santrinya 48 orang.
Agar santri tak kedinginan, terutama malam hari, dinding bangunan itu ditambal kertas.
“Sekolahnya di bawah terop. Tapi di papan nama saya tulis Sekolah Bertaraf Internasional. Kalau sekolah lain pakai nama Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, saya langsung tulis Sekolah Bertaraf Internasional,” kata Kiai Asep sembari tertawa.
Kiai Asep kemudian mengumpulkan para wali santri. Lurah setempat juga datang. Saat itulah Kiai Asep berpidato penuh semangat bahwa sekolah yang ia rintis itu untuk sementara akan menjadi sekolah terbaik di Indonesia.
“Selanjutnya sekolah ini akan menjadi kiblat dunia tentang Islam dan peradaban dunia,” tegas Kiai Asep lantang dan berapi-api.
Yang hadir, terutama Pak Lurah, bukan kagum. Tapi malah sinis. “Ojok kemelipen po’o, wong faktane koyok ngene (kayak kandang ayam),” komentar Pak Lurah pada Kiai Asep. Artinya, jangan terlalu tinggi, faktanya sekolahnya kayak gini.
“Saya sendiri sebenarnya juga malu. Tapi saat itu terucap begitu saja,” kata Kiai Asep.
Tapi Kiai Asep kemudian mendapat referensi dalam Kitab Ta’lim Muta’allim. “Dalam kitab itu disebutkan Innallaha yuhibbu ma’aliyal umur wayakrahu safsafaha. Bahwa Allah sangat senang terhadap urusan-urusan yang tinggi, termasuk tinggi cita-citanya, dan Allah tak senang pada urusan yang rendah, termasuk rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep.
Sejak itu, tegas Kiai Asep, ia mengaku sangat percaya diri. “Karena baru punya cita-cita saja Allah sudah menyenangi kita,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa sebelum mendapatkan tanah itu dirinya berdoa selama 5 tahun agar Allah memberikan tanah yang sesuai dengan harapannya.
Simak berita selengkapnya ...