Workshop Stikosa-AWS dan YDSF: Penguatan Kreativitas Jadi Benteng Pertahanan
Editor: Redaksi
Senin, 11 September 2023 23:00 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gelombang AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan, mulai bisa dirasakan di banyak tempat. Faktanya, teknologi ini memberi banyak keleluasaan yang mengarah pada efektivitas serta efisiensi, dan hal tersebut nantinya akan terus menguat sehingga lebih dibutuhkan daripada sumber daya manusia.
"Hal-hal yang berhubungan dengan sisi unik manusia, mesti dioptimalkan agar AI tetap menjadi teknologi pendukung, bukan kekuatan yang mendominasi," kata Hendro D. Laksono, salah satu narasumber 'Workshop Kreatif: Menulis dan Memotret di Dunia Digital' di Stikosa-AWS, Senin (11/9/2023).
BACA JUGA:
Info BMKG Rabu 18 September: Jatim Cerah, Surabaya Panas Menyengat hingga Segini
Pj Adhy Karyono Luncurkan Aplikasi DigiPay, Transaksi Layanan RSUD Dr Soetomo Beralih ke Cashless
Kampung Semolowaru Selatan Diserang, 2 Rumah Rusak dan 2 Warga Terluka
Info BMKG: Di Libur Senin 16 September ini Jawa Timur Cerah Berawan
Di depan 60 peserta workshop, ia mengingatkan bahwa kekuatan unik manusia, salah satunya kreativitas, berpeluang menjadi benteng pertahanan agar kita tidak mudah terseleksi.
"Kreativitas mesti dipahami sebagai bekal yang menguatkan. Dengan demikian, kita tidak akan tergantikan," ucapnya
Pendekatan kreatif, kata Hendro, berpeluang menciptakan konten unik.
"Seperti diketahui, search engine, media sosial, bahkan aktivitas marketing communication yang dilakukan secara digital, mensyaratkan hal yang orisinil dan relevan," katanya.
Ia kemudian mengingatkan, segmentasi harus dijawab lewat relevansi. Sementara persaingan media, mesti disikapi dengan konten orisinil dan isu yang unik sekaligus menarik.
"Setelah itu tinggal dukungan teknologi, SEO, pemahaman atas algoritma, dan lain-lain. Tanpa itu semua, konten bagus bakal tak memenuhi syarat ketercarian dan keterbacaan," tuturnya.
Seorang fotografer profesional, Mamuk Ismuntoro, juga mengingatkan trend AI dalam dunia fotografi. Jika foto AI sebelumnya hanya berseliweran di grup terbatas, kini foto AI mulai muncul di wilayah mainstream. Ia bahkan melihat, ada media mulai menggunakan foto AI sebagai cover majalah.
"Beruntung, dalam keterangan cover disebutkan bahwa ini foto AI, bukan foto yang diperoleh lewat kegiatan pemotretan khusus," ungkap Mamuk yang juga tercatat sebagai alumnus Stikosa AWS ini.
Ia pun menjelaskan, setiap foto memiliki makna informasi. Jika foto AI dibiarkan tumbuh liar, ia berpotensi menciptakan persepsi, bahkan kebohongan. Karena foto berita adalah fakta. Jika foto AI dibiarkan tumbuh seolah foto berita, dampaknya bisa sangat berbahaya.
Simak berita selengkapnya ...