RS Indonesia di Ghaza, Dana Receh Umat Islam Indonesia, dan Nama Pulau-Pulau Indonesia | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

RS Indonesia di Ghaza, Dana Receh Umat Islam Indonesia, dan Nama Pulau-Pulau Indonesia

Editor: MMA
Selasa, 09 Januari 2024 07:34 WIB

Dahlan Iskan Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Serangan biadab terhadap Rumah Sakit (RS) di Ghaza tidak hanya menyengsarakan rakyat . Tapi juga membuat pilu para pecinta kemanusiaan dan orang-orang beradab. Termasuk rakyat Indonesia yang peduli dan berpartisipasi terhadap upaya kemerdekaan .

juga rusak parah. Akibat disrang . Kini MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) berusaha untuk memperbaiki. Dikutip dari wipidea, MER-C adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela dan mobilitas tinggi. Pendiri utama organisasi ini adalah Joserizal Jurnalis, seorang aktivis dan dokter ahli bedah tulang.

Benarkah RS Indonesia banyak disumbang uang receh rakyat Indonesia? Silakan simak tulisan wartawan kodang Dahlan Iskan di BANGSAONLINE.com di bahwa ini:

ISRAEL kini sudah membicarakan bagaimana wujud Gaza setelah perang selesai. Debat masih seru. Antar politisi beda sayap. Saling berbantah. MER-C juga sudah membicarakan bagaimana nasib Rumah Sakit Indonesia pasca perang. Terutama karena RS Indonesia itu kini rusak akibat serangan .

“Kami merencanakan untuk memperbaikinya,” ujar dokter Sarbini Abdul Murad, ketua presidium MER-C. Agar bisa segera dipakai lagi,” katanya.

RS Indonesia dibangun oleh MER-C. Dari dana masyarakat Islam Indonesia. Terbesar kedua di Gaza. Kapasitasnya lebih 200 tempat tidur pasien.

Dulu RS Indonesia 2,5 lantai –termasuk basement. Belakangan MER-C menambah dua lantai lagi ke atas. Basement itu hasil kompromi. Awalnya tanpa basement. Pihak minta. Sekalian untuk perlindungan kalau ada serangan. MER-C sebenarnya keberatan. Biaya membuat basement mahal.

Basement inilah yang oleh dianggap sebagai bunker. Pejuang Hamas dianggap menjadikan bunker itu sebagai perlindungan dari kejaran. Maka menganggap sah membombardir Rumah Sakit Indonesia. Padahal, kata dokter Ben –panggilan Sarbini sehari- hari– basement itu untuk menyimpan obat-obatan.

Ada tuduhan lain ke RS Indonesia: jadi pusat pembuatan senjata Hamas. Bukti yang diajukan: sering ada kiriman minyak solar ke rumah sakit tersebut. “Kami memang punya stok solar relatif banyak. Agar rumah sakit tetap bisa berfungsi saat daerah sekitarnya mati lampu,” ujar dokter Ben.

RS Indonesia juga punya sumber air sendiri. Cukup besar. “Kami bor tanah sampai 100 meter. Airnya sangat baik,” ujar dokter Ben. Belum lagi peralatan medisnya. “Semua yang terbaik di Gaza,” katanya. “Termasuk peralatan MRI-nya,” tambahnya.

Untuk membeli peralatan medis saja menghabiskan, waktu itu, Rp 75 miliar. Lebih besar dari biaya membangun fisik RS-nya sendiri: Rp 60 miliar. Begitu besar hasil pengumpulan dana receh dari .

Semua tuduhan itu diklarifikasi dengan baik. Apalagi MER-C tidak mengoperasikan rumah sakit itu. MER-C menyerahkan RS Indonesia ke pemerintah . Bukan ke Hamas. Bukan ke Fatah. Bukan ke kelompok politik lain di . Pengelolaan RS tersebut sepenuhnya oleh pemerintah setempat.

Sejak diserahkan, nama Indonesia tidak diganti. Mereka juga mempertahankan nama-nama khas Indonesia lainnya. Misalnya nama-nama ruangan. Tiap ruang diberi nama pulau-pulau yang ada di Indonesia. Ads Ruang Jawa, Ruang Sumatera, Ruang Sulawesi, dan seterusnya.

Guest house-nya diberi nama Wisma dr Joserizal. Itu untuk mengabadikan nama dokter Joserizal, pendiri dan ketua presidium MER-C yang pertama. Nama Joserizal sangat legendaris di MER-C. Ia lulusan SMAN 2 Padang yang masuk FK Universitas Indonesia.

Ayahnya profesor, pun ibunya. Sang ayah seorang wartawan sebelum akhirnya menjabat rektor Universitas Andalas, Padang. Almarhum Jose-lah yang sering ke Gaza –pun ketika sudah sakit-sakitan.

Apakah pemerintah Indonesia tidak ikut menyumbang? Tidak. Pemerintah sudah menyumbang Rp 2 miliar. Uang itu diserahkan ke Bank Pembangunan Islam (IDB).

MER-C pernah berusaha mendapatkan uang tersebut. Khususnya saat kepepet harus membayar kontraktor. Tapi IDB sudah telanjur mengalokasikannya ke RS As Sifa, di Gaza bagian tengah.

Ada cerita lucu saat membangun RS Indonesia. MER-C melihat: alat untuk membangunnya dibeli dari . Pun bahan-bahannya. “Rupanya hubungan dagang antara Hamas dan berjalan normal. Tidak terganggu,” ujar dokter Ben lantas tersenyum.

Uang memang tidak berideologi. Tidak pula beragama. Pun sampai hari ini, mata uang yang dipakai transaksi sehari-hari rakyat Gaza adalah Shekel –mata uang . belum punya mata uang. Belum punya bank sentral.

Hamas sangat benci . Tapi sangat cinta uangnya.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video