Hadratussyaikh Menempatkan Keulamaan di atas Politik, Berwibawa dan Fatwanya Didengar
Editor: M MAS'UD ADNAN
Kamis, 11 Januari 2024 18:21 WIB
JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asya’ri menempatkan ilmu dan keulamaan di atas politik. Bukan politik di atas keulamaan. Karena itu Hadratussyaikh sangat berwibawa. Semua pemuka agama dan tokoh nasional hormat. Bahkan Hadratussyaikh menjadi satu-satunya ulama dan tokoh Islam yang bisa mempersatukan umat Islam Indonesia dalam satu wadah.
Hal itu ditegaskan Dr KH Ahmad Musta’in Syafi’ie, M.Ag, Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng dalam acara Haul ke-14 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (6/1/2024).
BACA JUGA:
Barisan Loyalis Gus Dur Lumajang Deklarasi Dukung Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024
Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar
Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
“Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari menempatkan ilmu dan keulamaan di atas politik. Keulamaan lebih tinggi dibanding sekedar pollitik. Karena itu beliau (Hadratussyaikh) tetap berwibawa, tetap menjadi rujukan, tetap didengar fatwanya,” kata Dr KH Ahmad Musta’in Syafi’ie, M.Ag, saat menyampaikan Manaqib Masyayikh dan Pengasuh PesantrenTebuireng di depan ribuan warga NU yang memenuhi Pesantren Tebuireng.
Bahkan, tegas Kiai Musta’in Syafi’ie, hanya Hadratussyaikh yang bisa menyatukan umat Islam Indonesia dalam satu wadah.
“Belum pernah umat Islam di negeri ini menyatu dalam satu wadah kecuali waktu Hadratussyaikh,” tegas penulis Tafsir Al-Quran Aktual di HARIAN BANGSA, koran yang terbit di Jawa Timur tiap hari.
Hadir dalam acara itu Menkopolhukam Moh Mahfud MD, Putri Gus Dur Yenny Wahid, tokoh muda NU Australia Nadirsyah Hosen, Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak, adik Gus Dur dr Umar Wahid, Nyai Farida Salahuddin Wahid dan tentu saja tuan rumah, KH Abdul Hakim Mahfudz, pengasuh Pesantren Tebuireng.
Menurut Kiai Musta’in Syafii, Hadratussyaikh adalah seorang hafidz (hafal Al-Quran) dan Muhaddits (ahli Hadits). “Ketika belajar di Makkah, Hadratussyaikh bersama teman-temannya di depan ka’bah, berikrar untuk berjuang memerdekaan negeri ini,” kata Kiai Musta’in Syafi’ie sambil menyebut sebuah referensi.
Hadratussyaikh bersama teman-temannya, kata Kiai Musta’in, mengevaluasi kenapa perjuangan para ulama terdahulu belum berhasil memerdekaan negeri ini. Diantara yang dianalisis adalah perjuangan Pahlawan Pengeran Diponegoro.
“Ternyata nama asli Pangeran Diponeogoro adalah Abdul Hamid Ontowiryo, berjuang untuk memerdekakan negeri ini disertai 180 kiai,” katanya.
Menurut dia, di museum Salatiga ada mushaf (Al-Quran), tasbih, dan kitab Fathul Qorib.
“Menunjukkan bahwa pangeran Diponegoro tak pernah lepas membaca Al-Quran saat berjuang kemana-kemana,” kata Kiai Musta’in.
Ia juga menjelaskan tentang adanya tasbih.
Simak berita selengkapnya ...