Benarkah Mendaki di Musim Kemarau Terasa Lebih Dingin?
Editor: M. Sulthon Neagara
Selasa, 02 Juli 2024 08:41 WIB
BANGSAONLINE.com - Memasuki bulan Juni hingga Juli biasanya Indonesia mengalami peralihan musim dari hujan ke kemarau. Beberapa gunung yang tutup selama musim hujan akan kembali dibuka pada musim kemarau.
Banyak pendaki yang beranggapan bahwa mendaki di musim kemarau akan terasa lebih dingin saat malam hari, benarkah demikian? Jika benar, mengapa justru terasa dingin saat musim kemarau?
BACA JUGA:
Pilah-pilah Sampah, Mana yang Boleh dan Tidak untuk Dibuang di Gunung?
Mengapa Masih Ada Pendaki yang Tersesat di Gunung?
Tak Semua Air di Gunung Bisa Langsung Dikonsumsi, Simak Informasi Berikut
Tips Mencari Air di Gunung, Bermanfaat Ketika Kondisi Darurat
Mengutip dalam situs resmi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), mulai bulan Juni suhu memang terasa lebih dingin. Hal ini merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi, khususnya di wilayah Pulau Jawa hingga NTT (Nusa Tenggara Timur).
Penyebabnya adalah monsoon dingin Australia, yaitu pergerakan angin dari arah timur (Australia) menuju ke arah Indonesia. Di mana pada bulan Juli, Australia memasuki periode musim dingin.
Angin yang bertiup dari Australia akan melewati Samudra Indonesia yang suhu permukaan lautnya dingin, ditambah lagi dengan berkurangnya awan dan hujan yang mengakibatkan suhu terasa lebih dingin di malam hari, khususnya Pulau Jawa sampai NTT.
Selain itu, langit yang cenderung cerah (bersih awannya) akan menyebabkan panas radiasi gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Sehingga membuat udara yang dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama saat malam hingga pagi hari.
Simak berita selengkapnya ...