Heboh Buku ”Sidogiri Menolak Pemikiran KH Said Aqil Siroj”, Said Aqil Sesatkan Al-Ghazali
Kamis, 31 Maret 2016 07:14 WIB
PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Warga NU kini dihebohkan oleh terbitnya buku berjudul ”Sidogiri Menolak Pemikiran KH Said Aqil Siroj.”
Buku ini menyedot perhatian publik, terutama para kiai dan warga NU. Maklum, Sidogiri adalah pesantren besar dan kesohor sebagai salah satu basis NU yang memiliki puluhan ribu santri.
BACA JUGA:
Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong
Respons Hotib Marzuki soal Polemik PKB-PBNU
Prof Kiai Imam Ghazali: Klaim Habib Luthfi tentang Kakeknya Pendiri NU Menyesatkan
Pesantren Sidogiri didirikan pada 1718 (sebagian menyebut 1745) oleh Sayyid dari Cirebon, Jawa Barat, bernama Sayyid Sulaiman. Dia adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban.
Buku ini kian heboh karena ada sambutan resmi KH Nawawi Abdul Djalil selaku pengasuh Pesantren Sidogiri. Dalam sambutannya, Kiai Nawawi Abdul Djalil menyebut bahwa pemikiran KH Said Aqil memang keliru.
”Mengenai beberapa pemikiran KH Said Aqil Siroj yang keliru, sebenarnya saya sudah tabayun langsung kepada beliau. Akan tetapi tetap perlu adanya buku tanggapan seperti ini,” tulis Kiai Nawawi dalam sambutannya di halaman 13.
Buku ini bukan hanya membahas pemikiran keislaman Kiai Said Aqil yang dianggap menyimpang dari ajaran NU tapi juga menelusuri kenapa Said Aqil menjelma sebagai tokoh ganjil dan meresahkan warga NU. Padahal ia lahir dari pesantren.
Pada “Bagian VIII, Di Balik Pemikiran” buku ini membeberkan riwayat Kiai Said Aqil. Menurut penulis buku ini, sejak S-1 Kiai Said Aqil kuliah di perguruan tinggi yang merupakan pusat Wahabi di Makkah yaitu Universitas King Abdul Aziz. Kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 pada Fakultas Ushuluddin di Universitas Ummul Quro Makkah yang juga pusat Wahabi.
Kiai Said Aqil lulus S-3 pada 1994 dengan predikat Summa Cumlaude. Menurut penulis buku ini, sebagai alumnus sebuah universitas yang menjadi basis kelompok Wahabi, Kiai Said Aqil tentu sudah sangat akrab dengan tradisi pemikiran kelompok yang berseberang paham dengan NU. Bahkan lulus dari Universitas Ummul Quro dengan predikat Summa Cumlaude telah memberikan jaminan yang meyakinkan jika Kiai Said Aqil telah mengafirmasi pemikiran khas Wahabi. Karena tidak mungkin, atau sangat sulit, seseorang lulus dari sebuah universitas Wahabi jika pemikirannya justru bertentangan dengan Wahabisme.
Penulis buku ini kemudian menceritakan materi atau pemikiran Said Aqil yang tertuang dalam disertasi doktornya. Ternyata benar bahwa saat itu Kiai Said Aqil menjadi sangat Wahabi. Disertasinya penuh dengan kritik dan penyesatan terhadap tokoh-tokoh sufi Ahlussunnah Wal-Jamaah yang sangat dihormati dan diagungkan, seperti Zun-Nun al-Mishri, Abu Yazid al-Bistami, Abu Hamid al-Ghazali, dan lain-lain.
Tapi setelah mentransformasikan diri sebagai seorang Wahabi tulen, Kiai Said Aqil kemudian dekat dengan para pemikir liberal dan Syiah. Nah, pembelaan Kiai Said Aqil terhadap Syiah ini dibahas secara khusus dalam buku ini pada Bagian IV bertajuk Syiah dan Ahlussunnah.
(Baca: pbnu-qom-iran-ditemukan" style="background-color: initial;">Saat Said Aqil Gencar Membantah, Dokumen Baru Kerjasama PBNU-Qom Iran Ditemukan)
Dalam halaman tersebut dikutip pernyataan Kiai Said Aqil dalam bukunya berjudul Tasawuf sebagai Kritik Sosial sebagai berikut: ”Secara historis, kelahiran Sunni dan Syiah merupakan sunnatullah yang harus disyukuri…” Berpindah-pindahnya paham atau pemikiran Kiai Said Aqil dari Wahabi ke Syiah ini membuat penulis buku ini berkesimpulan bahwa Kiai Said Aqil adalah seorang oportunis.
”Ini membuat orang berkesimpulan bahwa Kiai Said Aqil benar-benar sosok oportunis. Tentu sulit bagi kita untuk menebak, akan berlabuh ke mana lagi beliau di kemudian hari,” demikian tulis buku ini.
Simak berita selengkapnya ...