Lebaran di Tokyo, Salat Id Dua Gelombang, KH Cholil Nafis Imam dan Khotib Gelombang Pertama
Rabu, 06 Juli 2016 18:39 WIB
TOKYO, BANGSAONLINE.com - Intelektual muda NU KH Cholil Nafis sudah beberapa hari ini tinggal di negeri Sakura Jepang. Ia diundang menjadi nara sumber kajian Islam tematik sekaligus jadi imam dan khotib Salat Idul Fitri 1437 H atau 2016. Mantan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU ini punya pengalaman menarik terutama tentang perbedaan kultural antara masyarakat Jepang dan umat Islam Indonesia. Pada sisi lain gairah keagamaan warga Indonesia di Jepang sangat tinggi sampai tempat untuk salat id tak muat. Lalu bagaimana solusinya? Inilah lanjutan tulisan KH Cholil Nafis seri keempat dari Jepang yang dikirim khusus untuk pembaca bangsaonline.com. Selamat mengikuti.
Bangun tidur pada dini hari jam 03:00 untuk salat Subuh sekaligus menyambut ldul Fitri 1437 H di Tokyo, Jepang tak terdengar adzan, apalagi takbir. Bahkan suasana lebaran pun tak tampak. Masyarakat Jepang tetap beraktifitas sebagaimana hari kerja biasa karena memang tidak ada libur nasional. Namun setelah sampai di dekat Balai Indonesia baru terasa kalau hari ini adalah lebaran karena penuh semarak oleh kerumunan warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Jepang untuk menunaikan salat Ied.
BACA JUGA:
Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi
10 Rekomendasi Nama Bayi Laki-Laki Islami 3 Kata Keren, Punya Arti Mendalam, dan Penuh Doa
Gandeng Konsorsium Perusahaan Jepang, Pemkot Mojokerto MoU Pengelolaan TPST
Eksotisme Telasen Topak atau Lebaran Ketupat, Hari Raya-nya Puasa Sunnah Syawal
Maklum, di seluruh kota Tokyo hanya ada dua tempat yang menyelenggarakan salat Id. Sebab Masjid Tokyo Camii yang dapat menampung jamaah lebih banyak telah berlebaran dan menyelenggarakan salat Ied pada hari sebelumnya, yaitu selasa, 5 Juli 2016. Masjid Tokyo Camii yang dibangun berasitektur Turki adalah masjid yang takmirnya mengikuti jadwal puasa dan lebaran umat Islam di Turki.
Akibatnya Aula Balai Indonesia dan area lapangan yang luasnya sekitar dua ribu meter tak dapat menampung masyarakat yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri. Terpaksa salat Ied dilakukan dengan dua gelombang. Gelombang pertama, salat Id dilakukan pada jam 07:00 dan gelombang kedua dilaksanakan pada jam 08:30. Suasana ramai sangat terasa karena banyak masyarakat Indonesia yang mengambil cuti untuk merayakan Idul Fitri secara bersama-sama di Balai Indonesia.
Sebagai Khotib, saya berpesan kepada jamaah agar tradisi ibadah dan kebaikan saat di bulan Ramadan dapat dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Pada hari kemenangan nan fitri ini hendaklah menjadi titik awal untuk menjadi manusia sejati karena kita bagai terlahir kembali dengan watak asli manusia sejati. Menjaga keserasian hubungan vertikal dan horizontal adalah kunci keberhasilan hidup dimana berada, termasuk masyarakat diaspora yang berada di Jepang. Fitrah yang sejati manakala manusia mampu menyayangi sesama dengan tulus seraya bertauhid kepada Allah SWT.
Simak berita selengkapnya ...