Khofifah: Di Muslimat NU Persoalan Pancasila dan Kebhinekaan Sudah Selesai | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Khofifah: Di Muslimat NU Persoalan Pancasila dan Kebhinekaan Sudah Selesai

Minggu, 15 Oktober 2017 13:23 WIB

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Di saat sebagian kelompok masyarakat masih mempersoalkan Pancasila, kebhinekaan tunggal ika maupun keberagaman, di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) hal itu sudah lama selesai.

"Kita sudah melewati diskursus-diskursus yang mempersoalkan hubungan antara agama, bangsa dan Pancasila," kata Ketua Umum PP NU, Indar Parawansa usai melantik perangkat NU pusat (YKMNU, YPMNU, YHMNU, Hidmat MNU dan Inkopan) masa bakti 2017-2022 yang dirangkai dengan rapat pleno II periodik I PP NU di Hotel Acacia, Jakarta, Sabtu (14/10).

Turut hadir dalam acara tersebut Sekjen DP Kowani (Kongres Wanita Indonesia) Titien Pamudji, perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perwakilan Kementerian Kesehatan, Banom, lajnah serta lembaga NU.

menandaskan, keanekaragaman, keberagaman, kebhinekaan, suku, etnis, agama, bahasa maupun budaya, bagi NU sudah selesai sejak NU kembali menerima asas tunggal Pancasila pada Muktamar 1984.

Kalau kemudian ada orang yang masih mempersoalkan Pancasila, keberagaman atau kebhinekaan, maka sekarang tugas NU adalah melakukan pendampingan dan pencerahan.

“Melakukan introduksi, bahwa kita hidup di Indonesia yang ketika kita berjuang bersama-sama memang bangunan perjuangan ini sudah dilakukan dari banyak daerah, suku, etnis, budaya serta beragam agama," kata perempuan yang juga Menteri Sosial RI tersebut.

Format ini, tambahnya, sudah selesai di NU sehingga hal yang perlu dilakukan berikutnya yakni mengingatkan semuanya. Agar ketika kembali ke daerah, Ormas maupun komunitas masing-masing, mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

mengajak belajar dari friksi yang terjadi di Fatah dan Hamas. "Saya bersyukur, bahagia dan sampaikan kepada teman-teman, alhamdulillah Fatah dan Hamas sudah mau islah," katanya.

"Negara kecil yang terus konflik, terus perang dan yang dihadapi negara raksasa namanya Israel. Yang kecil Fatah, yang kecil Hamas terus berperang ke dalam, maka mereka tidak akan pernah merasa bisa kuat. Sebab, kemenangan akan diraih jika bersatu karena bersatu akan menjadi basis kekuatan."

Maka, mengajak jangan pernah berpikir Pancasila tepat atau tidak tepat. Bhinneka Tunggal Ika harus diganti apa tidak. "Kalau cara berpikirnya seperti itu, maka sama dengan kita mengajak negeri ini masuk ke beberapa negara Timur Tengah yang mengalami problem berat dan berkepanjangan," katanya.

Karena itu, dia meminta perangkat NU agar fokus mengurusi bidang masing-masing. Inkopan (Induk Koperasi An-Nisa), misalnya, silakan mengurusi koperasi tapi urusan Pancasila, keberagaman, keindonesiaan sudah selesai.

Begitu pula dengan perangkat lainnya, Yayasan Kesejahteraan (YKM). "Urusi panti asuhan, klinik dan rumah sakit (RS), tapi urusan Pancasila maupun kebhinekaan sudah selesai," ucapnya.

Saat ini, YKM mengelola sekitar 144 panti asuhan. Satu hal membanggakan dari capaian YKM yakni klinik hemodialisis yang untuk kali pertama di Indonesia mendapatkan ISO.

Terbaru, perangkat ini bahkan merekomendasikan pendirian RS Ginjal. "Mereka, bismillah, ingin berikhtiar, punya mimpi besar. Mudah-mudahan diberi kemudahan dan diijabah Allah," katanya.

Perkuat Layanan

Lantaran urusan Pancasila maupun keberagaman sudah selesai, tambah , maka fokus NU saat ini adalah melakukan penguatan organisasi dan perangkat agar semakin maksimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Karena itu, pleno periodik menjadi penting bagi NU mengingat masing-masing bidang ingin ber- fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).

"Ini cara NU yang diwariskan para pendiri. Bagaimana sebenarnya organisasi yang membangun keikhlasan dan kerelawanan ini tetap menjaga tertib administasinya, terukur kinerjanya, sehingga saat kongres bisa mengukur capaian dari seluruh keputusan kongres," jelasnya.

Dalam pleno periodik yang dilakukan 10 bulan sekali tersebut, masing-masing ketua akan menyampaikan capaian dan produktivitas yang terbangun selama periodik yang dipimpinnya. Inilah alasan mengapa sejumlah ketua PW NU turut diundang, agar bisa terus melakukan penguatan terhadap perangkat yang memiliki cakupan luas di masing-masing bidang.

mencontohkan Yayasan Pendidikan NU (YPMNU). Data saat Rakernas lalu ada sekitar 16.300-an TPQ, 9.800-an TK dan RA serta 6.800-an PAUD di bawah naungan perangkat ini.

"Layanan-layanan pendidikan tersebut berkontribusi efektif bagi NU yang memiliki kewajiban untuk mendesiminasikan hal-hal terkait dengan bangunan akhlakul karimah, karakter bangsa untuk membangun moderasi yang dimulai dari anak-anak," tegasnya. (*)

 

 Tag:   Muslimat Khofifah

Berita Terkait

Bangsaonline Video