Harara, Kota Islam Tertua dalam Terpaan Modernitas
Editor: rosihan c anwar
Jumat, 29 Agustus 2014 11:04 WIB
HARARA, kota Islam tertua di Afrika mencoba bertahan diri melawan pengaruh budaya luar. Buat penduduk yang mendaulat kotanya sebagai kota suci ke-empat umat Muslim itu, agama menjadi faktor penting.
Saban malam sekawanan Hiena berpesta daging di pinggir tembok purba yang mengitari Harar - salah satu kota Islam tertua di dunia. Selama beribu tahun wajah kota tidak berubah. Perempuan berkerudung memapah kayu bakar di kepala, sementara para lelaki bersarung menggiring kambing di tepi jalan.
BACA JUGA:
Sarat Nilai Keimanan, Khofifah Ajak Teladani Sifat Zuhud Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi
10 Rekomendasi Nama Bayi Laki-Laki Islami 3 Kata Keren, Punya Arti Mendalam, dan Penuh Doa
Mbah Benu Minta Maaf, Bukan Telepon Allah, Netizen: Ngawur Mbah
Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
Hingga kini penduduk kota masih berupaya menjaga tradisi dan warna kental Islam dari godaan dunia luar. Namun betapapun gigihnya Harar memenjarakan diri, modernitas perlahan mulai berjejak di kota tua ini.
Di balik tembok yang menjulang, pengaruh gaya hidup modern mulai terasa: Papan iklan bir dipajang pada dinding gedung yang kusam, sebuah toko modern menjajakan produk elektronik terbaru buatan Cina atau truk besar dari Eropa yang masih baru dan mengkilap serta melaju gagah di jalan utama beraspal, terlihat kontras dengan sedan Peugeot tua yang biasa lalu lalang di sini.
Perlawanan dari Balik Tembok
Namun begitu sekelompok aktivis bertekad melawan arus pengaruh dari dunia luar. Mereka mendikte semua yang dianggap mencerminkan kebudayaan lokal, mulai dari pakaian hingga teknik kuras buku, dari tari-tarian hingga nyanyian rakyat.
"Karena globalisasi, anda tidak bisa mencegah datangnya perubahan. Tapi budaya dan agama harus bertahan," kata Abdela Sherif, pemilik sebuah museum yang memiliki koleksi terbesar benda-benda kuno dari Harari.
"Kami akan mempertahankan budaya kami, tradisi kami, kebudayaan tua kami. Dan kami akan menyelamatkannya dengan cara merevitalisasi," imbuh Sherif. Salah satunya adalah dengan mendigitalisasi buku-buku dan lirik lagu kuno yang berasal dari Harar.
Simak berita selengkapnya ...
sumber : dw.de