Makam Kandjeng Djimat Pacitan yang Keramat, Helikopter dan Burung Jatuh Saat Melintas
Editor: Abdurrahman Ubaidah
Wartawan: Yinuardi Sutondo
Rabu, 27 Februari 2019 11:02 WIB
PACITAN, BANGSAONLINE.com - Menjadi juru kunci sebuah pemakaman umum, mungkin bukanlah hal yang lazim dilakukan kebanyakan orang. Apalagi tempat pemakaman tersebut terbilang dikeramatkan.
Namun hal itulah yang dilakoni Agus Jatmiko dan Widodo, warga Dusun Kebonredi, Desa Tanjungsari, Kecamatan/Kabupaten Pacitan ini.
BACA JUGA:
Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Diganggu Makhluk Halus saat Duduki Kursi Soekarno di Istana, Gus Dur Ajak Komunikasi Bahasa Jawa
Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah
Sudah hampir selama sembilan tahun lebih, Agus dengan didampingi asistennya itu, menjadi juru kunci pemakaman Kiai Kandjeng Djimat yang berlokasi di TPU Giri Shampoerno.
Tepatnya sekitar bulan Mei Tahun 2010 lalu, sepeninggal almarhum ayahandanya, Imam Kusno, Agus Jatmiko, resmi diangkat menjadi pawang atau juru kunci makam keramat Kyai Kandjeng Djimat, oleh pemerintah Desa Tanjungsari.
Keputusan pengangkatan dirinya sebagai seorang juru kunci itu dikarenakan tradisi turun temurun yang diwarisi nenek moyangnya.
"Terakhir setelah bapak meninggal, saya ditunjuk pemerintah Desa Tanjungsari untuk menggantikan sebagai juru kunci makam," kata Agus, saat ditemui di kediamannya yang berada di bebukitan tak jauh dari lokasi TPU Giri Shampoerno, Rabu (27/2).
Banyak fenomena gaib pernah ditemui selama menjaga pemakaman yang oleh warga Pacitan sangat dikeramatkan itu. Akan tetapi, Agus tak mau bercerita banyak ikhwal tersebut.
Sebab ia takut ceritanya akan dianggap musyrik. Meski tak ditampik, banyak sekali kejadian diluar nalar yang sering ia jumpai. Hal tersebut tidaklah terlalu berlebihan. Mengingat semasa hidupnya, Kyai Kandjeng Djimat memang dikenal sakti mandraguna.
(Tangga menuju makam keramat Kanjeng Djimat)
Sebutan Kandjeng Djimat ini merupakan gelar yang diberikan Kesultanan Solo, lantaran ia pernah ditunjuk sebagai penjaga benda-benda pusaka milik Keraton Surakarta ketika itu.
"Nama aslinya Eyang Joyo Niman atau Ponco Gono. Sekitar Tahun 1825, tepatnya ketika beliau diangkat sebagai Bupati Pacitan diberi gelar Jogo Karyo I, atau Tumenggung ke VI. Nah sebutan Kandjeng Djimat tersebut, lantaran eyang pernah ditunjuk sama Keraton Surakarta untuk menjaga benda-benda pusaka," jelasnya.
Simak berita selengkapnya ...