Bung Karno Ngakak, saat Mbah Wahab Ludahi Kemaluan Patung di Istana Bogor
Editor: tim
Minggu, 25 Agustus 2019 13:28 WIB
JOMBANG, BANGSAONLINE.COM-Apa yang terjadi jika dua kader NU yang sama-sama penulis tentang Gus Dur bertemu. Pasti banyak anekdot berhamburan. Itulah yang terjadi saat Em Mas’ud Adnan, penulis buku-buku Gus Dur dan NU, diantaranya berjudul: “Gus Dur Hanya Kalah dengan Orang Madura” bertemu Mukhlas Syarkun, penulis buku “Ensklopedi Gus Dur”.
Dua penulis NU ini bertemu dalam acara peringatan “120 Tahun Pesantren Tebuireng” yang digelar sejak 23 hingga 25 Agustus 2019 di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
BACA JUGA:
Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar
Khofifah Ajak Nahdliyin Implementasikan Qanun Asasi NU saat Harlah Muslimat ke-78 di Kota Batu
Di Haul ke-34 Syaikhuna KH Anwar Nur, Khofifah Berbagi Cerita soal Jatim Berkah
Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Nah, saat rehat banyak kiai duduk-duduk di teras Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng. Saat itulah memori tentang anekdot para kiai NU bermunculan.
Awalnya, Kang Mukhlas – panggilan Mukhlas Syarkun, mengungkapkan bahwa suatu saat KH Abdul Wahab Hasbullah diundang Bung Karno ke di Istana Bogor. Mbah Wahab – panggilan akrab salah satu kiai pendiri NU itu – tiba-tiba melihat patung sepasang laki-perempuan telanjang di istana Bogor yang sangat disukai Soekarno itu. Bung Karno memang penyuka seni, sehingga ia banyak memajang lukisan dan patung karya seniman terkenal di istana.
Mbah Wahab - cerita Kang Mukhlas - langsung meludahi kemaluan patung laki-laki itu. Karuan saja Bung Karno kaget. Tapi kekagetan Bung Karno belum hilang, tiba-tiba Mbah Wahab bilang. “Patung laki-laki itu terangsang pada patung perempuan itu,” kata Mbah Wahab. Makanya (dari kemaluannya) keluar sperma (air ludah). Bung Karno langsung ngakak. Ia tertawa terpingkal-pingkal.
Mendengar cerita Kang Mukhlas itu, para kiai yang lagi jagongan di pelataran Ndalem Kasepuhan Pesantren Tebuireng langsung tertawa.
Lalu Mas’ud Adnan menimpali. Menurut dia, suatu saat Mbah Wahab naik kereta api. Saat itu Republik Indonesia (RI) lagi genting karena para aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI) lagi merajalela dan sewenang-wenang. Para aktivis dan simpatisan PKI banyak mengincar kiai NU untuk dibunuh. Karena itu Mbah Wahab waspada. Mbah Wahab yang biasa pakai kopyah putih dan bersorban mencopot semua atribut kekiaiannya. Mbah Wahab tampil gaul tanpa kopyah sehingga orang-orang “pangling” dan tak tahu kalau lelaki itu Mbah Wahab, ulama yang sangat disegani.