Guru Tak Bisa Diganti Robot, Kini Jumlah Santri 4 Juta, Pesantren Capai 30 Ribu
Editor: Em Mas'ud Adnan
Minggu, 25 Agustus 2019 21:41 WIB
JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Kepala Balitbang Kemendikbud, Ir. Totok Suprayitno, mengatakan bahwa tantangan pendidikan yang dihadapi Indonesia ke depan sangat berat. Menurut dia, sekarang sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Ini berarti, transisi cepat yang terjadi dari industri 3.0 menuju 4.0 menuntut pergerakan yang cepat pula.
“Revolusi dari industri 1.0 menuju 3.0 menunjukan waktu ratusan tahun. Sedangkan dari 3.0 menuju 4.0 hanya membutuhkan waktu 20-30 tahun saja. Itu menuntut kita untuk bergerak cepat,” kata Totok pada Seminar Nasional memperingati “120 Tahun Pesantren Tebuireng” di Gedung KHM Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Ahad (25/8/2019).
BACA JUGA:
Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini
Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII
Ribuan Santri Tebuireng Takbir Keliling dan Bakar Sate Massal, Idul Adha Makin Seru
Pada industri 4.0, ungkap Totok, sudah banyak sekali tenaga kerja tergantikan oleh robot. “Dengan tenaga robot, produksi berjalan lebih produktif,” katanya.
Namun, kata dia, tidak semua tenaga kerja bisa digantikan robot. Karena robot tidak mempunyai hati, maka pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan hati tidak dapat tergantikan robot.
“Salah satunya adalah profesi guru,” katanya.
(Istighosah dalam rangkaian acara "120 Tahun Pesantren Tebuireng" di makam Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Ahad malam (25/8/2019). foto: BANGSAONLINE.com)
Menurut dia, peran guru dalam pendidikan bukan hanya pengajar tapi juga penanam karakter. “Pendidikan semacam itulah yang penting karena untuk mempersiapkan anak-anak yang sekarang masih dalam usia sekolah untuk menjadi pemimpin di masa depan,” tegas Totok.
Hanya saja para santri, menurut dia, perlu kreatif. “Yang perlu dikuasai oleh murid-murid kita di sekolah dan santri-santri di pesantren untuk mengambil peluang di masa adalah hal-hal kreatif, berpikir analitik, inovasi, aktif dalam belajar, desain, dan lain sebagainya,” katanya mengutip Future Job Survey yang diterbitkan oleh World Economic Forum.
Totok menyayangkan para guru yang banyak menggunakan Ujian Nasional (UN) sebagai standar. Padahal, kata dia, ciri soal UN itu dangkal. “Cirinya soal UN itu ya dangkal, jadi kalau guru menggunakan tipe soal UN yang dangkal itu untuk ulangan harian dan ujian lain, maka kemampuan siswa akan dangkal,” katanya.
Simak berita selengkapnya ...