​HUT Provinsi Jatim ke-74, Mengenang Sejarah Tragis Gubernur Pertama, Ario Suryo | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​HUT Provinsi Jatim ke-74, Mengenang Sejarah Tragis Gubernur Pertama, Ario Suryo

Editor: Em Mas'ud Adnan
Sabtu, 12 Oktober 2019 10:09 WIB

Monumen Suryo di Jalan Solo Ngawi Jawa Timur. foto: Indah/GenPI.co

Karakter kepemimpinan yang kuat itulah yang kemudian membuat pemerintah pada Juni 1947 mengangkat Suryo menjadi wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) berkedudukan di Yogyakarta. Suryo kemudian diangkat sebagai ketua DPA karena sang ketua, Ahmad Wiranatakusumah, sakit.

Pada 18 September 1948 melancarkan pemberontakan di . Mereka juga berhasil menguasai beberapa kota lain. Pemerintah pun segera bertindak. Pada 30 September 1948 akhirnya dapat direbut kembali oleh pasukan yang setia kepada pemerintah. Meski demikian keamanan belum pulih seluruhnya. Di beberapa tempat, orang-orang yang terhimpun dalam melakukan pengacauan.

Dalam kondisi masih mengacau itulah - tepatnya 10 Nopember 1948 - Suryo berangkat dari Yogyakarta menuju . Kabarnya ia  berada di Yogayakrta dalam rangka menghadiri Hari Pahlawan. Ia lalu pamit ke untuk menghadiri peringatan 40 hari meninggalnya adiknya yang dibunuh orang-orang .

Saat itu para sahabat Suryo, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta, sudah mengingatkan agar Suryo tidak berangkat ke dulu. Para sahabatnya itu tampaknya sudah punya firasat bahwa suasana genting dan tidak aman bagi Suryo.

Pertanda buruk itu sudah tampak. Baru saja tiba di luar Kota Yogya, ban mobil yang dinaiki Suryo pecah. Lalu mobil Suryo kehabisan bensin. Suryo terpaksa dua kali kembali ke kota untuk menambal ban dan mengisi bensin. Meski teman-temannya mengatakan bahwa itu pertanda buruk, tapi Suryo tidak mempercayainya.

Sore hari, Suryo tiba di Surakarta. Residen Surakarta Sudiro ketika itu menahan agar Suryo bermalam. Ia berharap Suryo melanjutkan perjalanan esok hari. Namun, lagi-lagi Suryo melanjutkan perjalanannya ke pagi-pagi sekali.

Saat tiba di Desa Gendingan, Suryo kembali diingatkan agar tidak meneruskan perjalanan. Namun Suryo tetap mengabaikan. Sampai di , tepatnya di Desa Bogo, Kedunggalar, mobil Suryo dicegat oleh Front Demokratik Rakyat (FDR) Partai Komunis Indonesia () yang dipimpin Maladi Yusuf.

Pada saat itu pula dari arah datang mobil yang ditumpangi Komisaris Besar (Kolonel) Polisi M Duryat dan Komisaris (Mayor) Polisi Suroko. Para perwira itu perjalanan ke Yogyakarta.

Gerombolan yang dipimpin Maladi Yusuf itu lalu memerintahkan mobil mereka berhenti. memerintahkan Suryo, Duryat, dan Suroko keluar dari mobil. Para itu lantas menggiring mereka ke hutan Peleng, Kedunggalar, . Di hutan itulah gerombolan secara keji menyiksa Suryo, Duryat, dan Suroko. Mobil para pejuang RI itu dibakar. Sedang Suryo dan dua periwira itu diseret secara tak berperikemanusiaan. Bahkan Suryo diseret hingga 10 Km sebelum akhirnya disembelih secara kejam. 

Pada 28 Oktober 1975 Pemerintah RI meresmikan “Monumen Soerjo” di tempat pembantaian itu. Monumen itu diresmikan Pangdam Brawijaya Jawa Timur Mayjen TNI Witarmin.

Gubernur Suryo adalah pemimpin berkartakter, pemberani, heroik, dan peletak dasar Jawa Timur itu penuh jasa bagi negeri ini. Tapi meninggal secara tragis di tangan gerombolan .

Demikian lah, negeri ini dibangun dengan penuh aliran darah. Yaitu darah para pejuang, pahlawan, dan rakyat. Maka sangat dzalim, jika para elit negeri sekarang ini lalai, apalagi secara sengaja mengabaikan cita-cita perjuangan para pejuang dan pahlawan, semata untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Praktik korupsi yang masih merajalela adalah bagian dari kesengajaan para elit negeri ini melalaikan cita-cita para pejuang, pahlawan, dan rakyat yang telah rela mengorbankan jiwa-raganya untuk bangsa.

Kita berharap, sejarah Gubernur Suryo tidak terulang dan tentu jangan pernah dilupakan.

Pada 12 Oktober 2019 hari ini, Provinsi Jawa Timur merayakan HUT ke-74. Kita ucapkan Selamat dan Sukses. Namun jangan lupa, mari kita mengikhlaskan waktu sejenak untuk mengirim Surah al-Fatihah kepada Gubernur Suryo dan semua para pejuang yang telah mendahului kita.

Semoga Jawa Timur dibawah kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa mampu meneruskan cita-cita para pendiri Negara Repuplik ini. Yaitu menjadi Negara Gemah Ripah Loh Jinawi. Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. Amin. Wallahu’alam. (Em Mas’ud Adnan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video