Halal Bihalal IHM: Muncul Ekstrem Tengah, di Samping Ekstrem Kiri dan Kanan
Editor: MMA
Senin, 29 Juni 2020 02:14 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sikap moderat, tengah, dan toleran tak cukup klaim wacana. Tapi perlu pembuktian faktual dalam kehidupan sehari-hari. Ironisnya, banyak kelompok yang selama ini mengklaim moderat, toleran, dan tengah, justru terjebak dalam sikap ektrem baru, yaitu ekstrem tengah.
Demikian salah satu pemikiran yang berkembang dalam Halal Bihalal Webinar Institut Hasyim Muzadi (IHM) bertema “Revitalisasi NU Menuju Pengabdian Abad Kedua”, Sabtu (27/6/2020).
BACA JUGA:
Maulid Nabi Bersama Puluhan Ribu Muslimat di Pasuruan, Khofifah Ajak Teladani Akhlaq Rasulullah
Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa
Kick Off Hari Santri Nasional di Pamekasan, Khofifah Beberkan Peran NU untuk Kemerdekaan Indonesia
Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar
Tampil sebagai pembicara Dr. KH. Cholil Nafis (Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok), Dr. Nasihin Hasan (aktivis LSM sahabat seperjuangan Gus Dur), Prof. Dr. M. Mas’ud Said (Direktur Pascasarjana Unisma dan Ketua Isnu Jawa Timur), dan M. Mas’ud Adnan, M.Si (Owner HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.COM). Sementara Dr. KH. Shofiullah Muzammil didapuk sebagai moderator.
“Jadi, di samping ada ektrem kiri dan ekstrem kanan, juga ada kelompok yang mengaku tengah tapi ekstrem juga. Karena merasa paling benar dan tak mau dialog sehingga menjadi ekstrem tengah,” kata Kiai Cholil Nafis.
Namun dosen Universitas Indonesia (UI) itu tidak mau menyebut siapa kelompok ekstrem tengah itu. Yang jelas, “Sama dengan yang ekstrem kiri dan kanan, merasa benar sendiri dan yang lain salah,” kata Ketua MUI Pusat bidang dakwah itu.
Sementara Direktur Eksekutif IHM, KH M Yusron Shidqi, Lc, MA yang akrab dipanggil Gus Yusron menegaskan bahwa IHM akan mengabdi kepada NU lewat jalur kultural. Menurut putra KH. M. Hasyim Muzadi itu, IHM akan terus mengagendakan program untuk NU ke depan, termasuk diskusi secara berkala tentang berbagai topik.
Sikap Gus Yusron itu mendapat apresiasi Mas’ud Adnan. Menurut Mas’ud, jika IHM bergerak di ranah NU kultural, maka tidak akan ada orang yang mencurigai. Selain itu akan lebih ikhlas dan lebih bermanfaat karena jauh dari kepentingan.
"Serpihan taushiyah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menyebutkan, siapapun yang membantu NU akan saya akui atau saya anggap sebagai santri saya. Frasa Hadratussyaikh itu siapapun yang membantu NU, bukan siapapun yang jadi pengurus NU. Jadi saya sepakat jika kita mengabdi kepada NU secara kultural karena kita lebih ikhlas dan lebih bermanfaat bagi NU," kata Mas’ud Adnan.
Namun Kiai Cholil Nafis tidak sepakat. Menurut dia, mengisi NU struktural juga penting. Sebab, tegas dia, jabatan struktural sangat strategis untuk mengambil kebijakan. Hanya saja, kata dia, kita tak mau minta-minta jabatan. Tapi kalau ada tawaran dan peluang jabatan kita tidak boleh menolak untuk kepentingan umat.
Mas’ud Adnan juga mengungkap keteladanan akhlak para pimpinan NU, mulai dari Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari hingga Gus Dur dan KH Hasyim Muzadi. Menurut dia, Hadratussyaikh sangat moderat dan toleran serta selalu menyerukan persatuan umat Islam. “Tapi Hadratussyaikh toleran faktual, bukan toleran klaim seperti sekarang,” tegasnya sembari memberi contoh saat Hadratussyaikh menyambut dialog Karl Von Smith yang kemudian masuk Islam.
"Karena itu Kar Von Smith sangat terkesan dengan Hadratusssyaikh. Sampai bilang, seandanya di Eropa ada 10 orang seperti Kiai Hasyim Asy'ari, maka mayoritas orang Eropa masuk Islam," kata Mas'ud Adnan.
Simak berita selengkapnya ...