Petani Garam Keluhkan Garam Impor di Depan Ketua DPRD Jatim
Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: M. Didi Rosadi
Rabu, 18 November 2020 22:26 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Forum Petani Garam Madura (FPGM) bertemu dengan Ketua DPRD Jawa Timur, Kusnadi. Di depan Ketua DPRD Jatim, para petani garam mengeluhkan keberadaan garam impor. Mereka berharap ada regulasi untuk perlindungan petani garam.
Forum ini berisi dari sejumlah aliansi petani garam di Madura. Di antaranya, berasal dari Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
BACA JUGA:
Mengintip Harta Kekayaan Harisandi Savari, Anggota DPRD Jatim dari PKS, Tembus Rp9,8 Miliar
Resmi Dilantik Jadi Anggota DPRD Jatim, Naufal Alghifary Janji Kawal Pemberdayaan Pemuda
120 Anggota DPRD Jatim 2024-2029 Dilantik, Pj Gubernur Adhy Ingatkan Fungsi Utama Wakil Rakyat
116 Anggota DPRD Jatim Pamit, Adhy Karyono Apresiasi Kinerja yang Hebat dan Produktif
Ketua FPGM, M. Yanto menjelaskan bahwa kebijakan impor garam yang dilakukan pemerintah pusat merusak distribusi garam lokal.
"Bukannya kami anti garam impor, namun kami menyayangkan distribusi garam impor," kata Yanto di hadapan Kusnadi, Rabu (18/11/2020).
"Seharusnya, distribusi garam impor hanya untuk kebutuhan garam industri. Namun, faktanya garam industri masuk ke pasar garam konsumsi yang selama ini dipasok petani lokal," katanya.
Ia mengungkapkan, ongkos produksi petani garam mencapai Rp 800 per kilo. Namun, harga jual pun hanya mencapai Rp 500 per kilo. Dengan harga jatuh pun, penyerapan garam lokal masih jauh akibat masih adanya garam industri.
Tanpa adanya penyerapan garam lokal, maka pemasukan para petani lokal pun merosot tajam. "Untuk menyekolahkan anak pun kesulitan," katanya.
Asosiasi petani garam asal Pamekasan, Yoyok, mengusulkan sejumlah solusi untuk menjawab permasalahan petani garam.
"Kami minta DPRD bisa mendorong pihak eksekutif untuk lebih memedulikan petani garam," katanya.