Porang itu Sakti, Dulu Dibuang Petani, Tapi Tumbuh Lagi, Muncul Isu Porang untuk Senjata Perang
Editor: MMA
Sabtu, 03 April 2021 07:44 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.COM - Dulu porang memang dianggap tanaman liar. Tak disukai petani. Maklum, saat itu porang tak bisa dimakan.
Tapi, tulis Dahlan Iskan, di Jepang sudah ada profesor ahli porang. Profesor inilah yang menginformasikan bahwa porang itu banyak tumbuh di Mojokerto Jawa Timur.
BACA JUGA:
Korban Begal di Surabaya Tolak Ajakan Damai Pelaku
Polisi Bongkar Motif Begal Perempuan di Surabaya
Begal Perempuan Sasar Driver Taksi Online di Surabaya
Koridor V Trans Jatim Rute Surabaya-Bangkalan Resmi Beroperasi
Loh? Simak saja tulisan wartawan kawakan
itu di Disway dan HARIAN BANGSA hari ini, Sabtu, 3 April 2021. Atau bisa dibaca
di BANGSAONLINE.com di bawah ini. Selamat membaca:
.
PORANG lah yang membawa Mr Masaharu Ishii pindah ke Surabaya. Sebagai bekas tentara Jepang yang jadi WNI di Medan, Ishii dianggap punya network di Indonesia.
Karena itu, ketika Jepang memerlukan bahan baku dari Indonesia, Ishii dihubungi. Ishii diminta mencarikan umbi porang dari Indonesia.
Di Jepang literatur tentang porang sudah banyak. Porang juga tumbuh di Jepang. Dengan susah payah. Di musim salju umbi porang itu diungsikan dulu ke gudang. Kalau musim salju selesai umbi tersebut ditanam lagi.
Bukan hanya tanaman, bahkan di Jepang sudah ada profesor ahli porang. Profesor itulah yang mengatakan, berdasar literatur, tanaman porang banyak didapat di Jawa Timur. Maka Ishii diminta pindah dari Medan ke Surabaya.
Itu masih tahun 1950-an. Saya baru saja lahir. Yanto masih bayi ketika diajak pindah ke Surabaya. Waktu itu kota Surabaya masih lebih terkenal dibanding Jakarta –sebagai kota dagang. Maka Ishii diangkat menjadi perwakilan dagang Jepang di Indonesia –dengan kantor di Surabaya.
Beberapa waktu kemudian delegasi dagang Jepang ke Surabaya. Salah satunya adalah profesor ahli porang tersebut. Mereka keliling daerah-daerah Jawa Timur untuk mencari di mana ada tanaman porang.
Zaman itu porang dianggap sebagai tanaman liar. Tanaman pengganggu. Petani membuang-buang ubi porang agar jangan mengganggu tanaman lain. Tapi porang itu sakti. Ubi yang dibuang-buang itu tumbuh lagi dan tumbuh lagi.
Delegasi Jepang itu akhirnya menemukan tanaman porang di Mojokerto. Lalu di Blitar. Madiun. Dan di mana saja di Jawa.
Ishii diminta membeli ubi itu. Yang kalau dimakan membuat seluruh mulut gatal-gatal. Petani terheran-heran ada orang membeli ubi porang. Setelah tahu pembelinya orang Jepang rumor pun beredar di kalangan petani: ubi porang itu akan dipakai Jepang untuk membuat senjata perang.
Simak berita selengkapnya ...