Kirim 7.000 Liter ke Jambi, Green Surfactant Petrokimia Gresik Jadi Incaran Industri Migas
Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: M. Syuhud Almanfaluty
Selasa, 04 Mei 2021 15:49 WIB
Green Surfactant akan menggantikan penggunaan surfaktan berbasis hydrocarbon yang umum digunakan industri migas di Indonesia. Di mana surfaktan berbasis hydrocarbon ini harus diimpor dari luar negeri dengan harga yang lebih mahal dan fluktuatif karena dipengaruhi harga crude oil dunia.
"Oleh karena itu, Green Surfactant memiliki potensi pasar yang besar mengingat harganya lebih kompetitif dan lebih ramah lingkungan. Di sisi lain sumur migas di Indonesia juga sangat banyak," ujarnya.
Sementara itu, dalam hal pemasaran, Petrokimia Gresik mendapat dukungan marketing and technical assistance dari Komunitas Migas Indonesia (KMI). Setelah pengiriman ke KSO Pertamina EP-Samudra Energy BWP Meruap, selanjutnya Petrokimia Gresik akan melakukan pengiriman Green Surfactant dengan volume 3.500 liter ke Sumur Kawengan Cepu, Provinsi Jawa Tengah.
"Ini menjadi bukti Green Surfactant produksi Petrokimia Gresik sangat diminati industri migas di tanah air," katanya.
Saat ini kapasitas produksi Green Surfactant Petrokimia Gresik mencapai 600 kiloliter (kL) per tahun. Melihat potensi pasar yang masih sangat terbuka lebar, Dwi Satriyo berharap ke depan produksi Green Surfactant dapat ditingkatkan tidak lagi sekadar mini plant, tetapi dalam skala yang lebih besar lagi.
Dwi Satriyo menambahkan, hadirnya produk Green Surfactant ini juga menjadi bentuk dukungan Petrokimia Gresik terhadap target produksi crude oil 1 juta barel per hari yang dicanangkan oleh pemerintah melalui SKK Migas.
"Selain itu, kerja sama ini juga menjadi salah satu wujud dan peran bersama dalam membangun kemandirian bangsa serta dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong, salah satunya surfaktan," pungkas Dwi Satriyo. (hud/zar)