Cak Eri, Air Keruh PDAM, dan Gronjal Jalan Raya: Selamat HUT Kota Surabaya
Editor: MMA
Senin, 31 Mei 2021 15:33 WIB
Oleh: M Mas’ud Adnan --- Kami harus membuat sesuatu yang baru, investasi yang baru (dalam momentum HUT Surabaya) yang menarik masyarakat bekerja di sana.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
BACA JUGA:
Dengar Berbagai Masukkan, Cagub Risma Sapa Ribuan Warga Kediri di Kawasan SLG
Tri Rismaharini Sapa Pekerja Pabrik Rokok dan Kampung di Malang
Korban Begal di Surabaya Tolak Ajakan Damai Pelaku
Polisi Bongkar Motif Begal Perempuan di Surabaya
HARI ini, 31 Mei 2021, warga Kota Surabaya memang sedang merayakan HUT ke-728, meski tanpa hingar bingar seremonial mengingat pandemik Covid-19 belum berlalu. Semua warga kota Surabaya – termasuk saya – tentu berdoa semoga momentum HUT ke-728 ini menjadikan kota Surabaya lebih baik. Terutama dalam memberikan pelayanan publik dan menyejahterakan warga kota Surabaya yang kini mencapai 2.874.413 jiwa
Kota Surabaya telah melambung tinggi. Terutama secara opini publik. Prestasi Wali Kota Tri Rismaharini memang cukup bagus saat memimpin kota pahlawan ini. Wanita berjilbab itu bisa “memberesi” birokrasi dan juga menghijaukan Kota Surabaya.
Risma – panggilan akrabnya – memang mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) serta Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bapekko). Jadi ia sangat berpengalaman di bidangnya.
Bu Risma menjabat Wali Kota Surabaya dua periode. Mulai 2010 hingga 2020. Selama 10 tahun itu ia meraih 322 penghargaan: 30 penghargaan internasional dan 292 penghargaan nasional.
Namun prestasi pemimpin atau kepala daerah tentu tak bisa diukur dengan penghargaan semata. Apalagi penghargaan itu kadang subyektif bahkan politis. Tergantung siapa dan lembaga apa yang menganugerahkan.
Nah, parameter paling obyektif untuk mengukur sukses kepala daerah adalah manfaat yang dirasakan warganya. Setidaknya kita mengacu pada kaidah: tasharraful imam 'larra'iyah manuthun bislmaslahah. Artinya, kebijakan seorang pemimpin atas rakyatnya bergantung pada kemaslahatan.
Risma dalam hal ini tak sepenuhnya berhasil. Saya beri contoh konkret. Yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya. PDAM Surya Sembada ini di bawah Pemkot Surabaya. Di bawah kewenangan Wali Kota Surabaya.
Selama 10 tahun menjabat wali kota, Risma tak bisa menyelesaikan air bersih di kota yang disebut-sebut metropolis itu. Bahkan banyak warga – atau ibu rumah tangga - di Kota Surabaya mengeluh karena air PDAM yang mereka bayar tiap bulan ternyata keruh, banger, hitam, dan kotor.
Ironisnya, air keruh PDAM Surya Sembada itu justru menimpa warga Kota Surabaya yang rumahnya hanya beberapa meter dari kantor PDAM Surya Sembada yang megah dan mewah itu. Tepatnya di Jalan Mayjen Prof Dr Mostopo no 2 Pacarkeling, Tambaksari Kota Surabaya.
Salah satu contoh. Di Kedung Sroko Tambaksari, air PDAM yang mengalir ke rumah warga rata-rata mampet, di samping keruh dan kotor. Hanya keluar pada malam hari. Jika ingin keluar pada siang hari, maka harus disedot dengan pompa air. Konsekuensinya, air para tetangga yang lain mampet. Mereka pun berlomba memakai pompa air.
Konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan biaya tambahan. Selain untuk beli pompa juga bayar listrik. Tiap hari. Beban biaya pun makin bertambah.
Ironisya, selama Risma menjadi wali kota – 10 tahun – masalah air bersih ini tak pernah disentuh. Atau paling tidak, tak pernah terselesaikan. Hingga sekarang.
Simak berita selengkapnya ...