Muktamar Lun-Alun Jombang Biang Kekacauan NU saat Ini
Editor: MMA
Selasa, 07 Desember 2021 13:01 WIB
Dengan mengadakan muktamar di Lombok, kita akan lebih membesarkan NU di NTB, sehingga Aswaja tidak lagi identik dengan Nahdlatul Wathon (NW).
Kalau alternatif ketiga, Jombang yang dipilih maka tidak ada manfaat bagi NU. Muktamar NU di Jombang tak ubahnya bagaikan menabur garam di samudera. Tidak punya manfaat bagi pengembangan NU di sana. Bisa-bisa, kita malah kualat kalau kita melakukan hal-hal yang tidak baik dalam muktamar yang berarti hal itu dipertontonkan di kota di mana para muassis, yakni Hadlratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, Mbah Wahab Hasbullah dan Mbah Bisri Syansuri, dimakamkan. Dengan penuh percaya diri saya sampaikan argument-argumen di atas dan alhamdulillah banyak peserta rapat yg mendukungmya, termasuk Pj Rais Aam Syuriah PBNU.
Sayang, beliau tersinggung dengan ucapan salah seorg peserta rapat (mungkin maksud yang bersangkutan sekedar joke), sehingga beliau berucap: "Saya bisa menerima dan memahami argumen Katib Aam, tapi saya sangat tersinggung dengan ucapan si Fulan..dst, sehingga saya beralih mendukung Jombang".
Singkat cerita, berlangsunglah muktamar alun-alun yang penuh rekayasa dan keculasan dengan AHWA abal-abalnya. Terbentuklah dari Muktamar Alun-alun itu PBNU yang didominasi oleh figur-figur vested interest, sehingga tidak mengherankan bila pada hari ini mereka cakar-cakaran berebut kekuasaan di tampuk pimpinan PBNU.
Alhamdulillah, saya diselamatkan Allah, tidak ikut masuk dalam menikmati produk muktamar yang bermasalah itu. Bahkan saya tidak ridlo dengan produk itu. Mereka yang ridlo, pada hari-hari ini benar-benar merasakan konsekuensi keridloannya: sebuah PBNU yang porak-poranda dengan elite-elitnya yang "telanjang bulat" di pentas sejarah umat dan bangsa, nyaris tanpa rasa malu.
Mungkinkah ini yang disebut kualat yang sudah sejak lama saya khawatirkan jika Muktamar ke-33 dilangsungkan di Jombang? Wallaahu A'lam. Yang jelas, kaidah hukum Islam kita mengajarkan: ar-ridlaa bissyay-i ridlaa bimaa yatawalladu minhu (meridhoi Muktamar Lun-Alun berarti meridloi produknya yang berupa PBNU yang amburadul sungguh memalukan).
Semoga Allah SWT menyelamatkan NU dan Nahdliyyin dari bencana perpecahan para elitenya! Aamiin!
...