NU, Bahasa Resmi PBB
Editor: MMA
Kamis, 23 Desember 2021 10:49 WIB
Oleh: Prof. Dr. KH. Imam Hambali, M.Pd.* --- NU telah berusia hampir 100 tahun. Perkembangan dari masa ke masa, yang ditandai oleh muktamar satu ke muktamar berikutnya memiliki dinamika yang selalu berubah dan sering tidak linier.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan dinamis yang bersifat periodik tersebut, namun sifatnya tidak signifikan bagi eksistensi NU sendiri. Sehingga, keberadaan NU masih kokoh dan sangat diperlukan, terutama dalam rangka mengawal pembinaan stabilitas kaum nahdliyin yang sangat banyak jumlahnya di Indonesia.
BACA JUGA:
Puluhan Kiai dan Gawagis di Kabupaten Kediri Deklarasi Dukung Dhito-Dewi
Maulid Nabi Bersama Puluhan Ribu Muslimat di Pasuruan, Khofifah Ajak Teladani Akhlaq Rasulullah
Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa
Kick Off Hari Santri Nasional di Pamekasan, Khofifah Beberkan Peran NU untuk Kemerdekaan Indonesia
Hal tersebut sangat dipahami oleh para pelaku ekonomi, politik, kekuasaan lokal Indonesia, maupun pemain strategis regional dan global. Tidak tanggung-tanggung, sebagian mereka menganggap kebesaran NU, yang muslim moderat akomodatif sangat menarik sekaligus dikhawatirkan menjadi kekuatan besar Muslim dunia di masa yang akan datang.
Karakter khas Muslim nahdliyin yang sulit diadu-domba dan diajak kekerasan menjadikan mereka semakin gemas dan ketar-ketir. Sulitnya diadu dan dibuat keras kepala oleh kaum orientalis, NU semakin ditakuti, dan mereka memerlukan stategi baru. Nah akhirnya, mereka merubah strateginya dengan istilah baru merangkul-mencium-mendepaknya.
Adu Domba vs Soft Cutting
Memang strategi adu-domba yang telah berhasil diterapkan di timur tengah, sangat sulit diterapkan untuk mengurai dan melemahkan kaum nahdhiyiin di Indonesia. Kepatuhan ummat kepada ulama dan sikap no profile para ulama yang ditunjukkan dalam kegiatan sehari-hari semakin menyulitkan mereka.
Sulit mencari ulama NU yang mudah diadu domba. Dibarengi keberhasilan Christiaan Snouck Hurgronje yang mengecoh rakyat Aceh zaman kolonial Belanda, nampaknya sratrategi ini dilirik lagi untuk melumpuhkan kaum nahdliyin. Saya mengistilahkan soft cutting.
Simak berita selengkapnya ...