Terendam Banjir, Petani di Bantaran Sungai Bengawan Solo Panen Dini

Terendam Banjir, Petani di Bantaran Sungai Bengawan Solo Panen Dini PANEN DINI: Tampak sebagian petani di bantararan Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro melakukan panen dini lantaran padi mereka terendam air banjir. Foto: Eky Nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO (BangsaOnline) - Para petani yang ada di bantaran Sungai Bengawan Solo Bojonegoro terpaksa melakukan panen dini tanaman padi mereka. Hal itu karena tanaman padi para petani terendam air banjir sejak Sabtu (4/4). Panen dini itu dilakukan untuk mengurangi jumlah kerugian yang dialami.

"Mestinya belum waktunya panen, maksimalnya tujuh sampai sepuluh hari lagi agar buahnya maksimal. Tetapi karena terendam air terpaksa kita lakukan panen dini," ujar salah satu petani di Desa Simbatan, Kecamatan Kanor, Marjuki, Minggu (5/4).

Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan

Selain dia, sejumlah petani lain juga melakukan hal yang sama agar tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Tanaman padi yang dipanen tampak baru menguning separo. Bulir padi yang berwarna kuning hanya dibagian pucuk, sedangkan dibagian bawahnya masih tampak hijau dan belum berisi.

"Sedapatnya saja (hasil panennya,red), dari pada tidak bisa memanen," sambung dia sembari mengusung padi dari genangan air.

Para petani yang melakukan panen dini ditengah genangan air itu dengan menggunakan sebilah celurit. Batang padi dipotong setengah, kemudian ditaruh diatas terpal selanjutnya dibawa ke tepi. Ketinggian air yang menggenangi sawah para petani antara 70 sampai 80 centi meter.

Baca Juga: Dukung Peningkatan Produksi Padi, Babinsa Lakukan Pendampingan dalam Percepatan Pompanisasi

Meski sebagian petani dapat melakukan panen dini, namun petani lain di beberapa desa di Kecamatan Kanor justru membiarkan tanaman padinya terendam air. Sebab, tanaman padi mereka baru berusia 20-25 hari. Sehingga padi baru mulai berbuah dan belum bisa dipanen.

"Ada sekitar 81 hektar tanaman padi yang baru berbuah sudah terendam air," jelas Camat Kanor, Subiyanto.

Puluhan hektar tanaman padi itu tersebar dibeberapa desa diantaranya, Desa Cangakan, Piyak, Kabalan dan Semambung. Umur padi bervariatif antara 20 sampai 30 hari. Menurut dia, jika padi tersebut terendam air sampai lima atau enam hari maka dipastikan gagal panen. "Tapi kalau hanya dua atau tiga hari masih bisa dipanen," jelasnya.

Baca Juga: Jelang Musim Tanam, Dirut Petrokimia Gresik Blusukan ke Distributor dan Kios Pupuk

Meski banjir di Kecamatan Kanor belum usai, ia memprediksi jumlah kerugian di wilayahnya mencapai Rp 500 juta, baik padi maupun palawija. "Jumlah rumah yang tergenang tidak seberapa, hanya padi dan palawija," imbuhnya.

Selain di Kecamatan Kanor, sebagian para petani yang berada di Kecamatan Baureno, Balen, Kapas, Trucuk maupun Kalitidu juga melakukan panen dini pasca padi mereka terendam air. Puluhan hektare tanaman padi itu sejak Sabtu (4/4) mulai terendam akibat luapan air sungai terpanjang di pulau jawa itu.

Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo belum memastikan jumlah kerugian akibat banjir luapan air Sungai Bengawan Solo itu. Saat ini ratusan hektare tanaman padi yang tersebar dibeberapa kecamatan di Kota Ledre terendam air dan sebagian dipastikan gagal panen. Selain padi, ratusan rumah juga tergenang.

Baca Juga: Simak Cara Mengendalikan Hama Penggerek Tongkol Jagung

"Trend air sudah mulai turun, mudah-mudahan segera surut agar padi yang terendam terselamatkan," ungkapnya.

Sejak dua hari terakhir, Tinggi Muka Air (TMA) Bengawan Solo di Bojonegoro terus naik hingga menyentuh level siaga II. Air itu kiriman dari wilayah hulu seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo dan Kudus. Jika wilayah hulu masih terus diguyur hujan maka kondisi air Bengawan Solo akan terus naik dan menggenangi ratusan ribu warga Bojonegoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mahasiswa Indonesia Bekerja Part Time Sebagai Petani di Jepang, Viral Karena Gajinya, ini Kisahnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO