Pendeta ​Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zhang Mencoreng Wajah Kapolri?

Pendeta ​Saifuddin Ibrahim dan Jozeph Paul Zhang Mencoreng Wajah Kapolri? M Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline.com

Listen to this article

Oleh: M Mas’ud Adnan --- Menjelang pengangkatan Jenderal sebagai Kapolri saya ditelepon seorang tokoh agama di Jawa Timur. Ia marah karena dia diberitakan mendukung Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri.

“Saya dimarahi para kiai,” kata sang tokoh agama itu kepada saya dengan nada tinggi.

Berita itu dimuat di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Ia terus menyalahkan saya.

Tentu saja saya tak terima. Sebab, berita rilis dari institusi kepolisian itu dimuat hampir semua media. Termasuk media Jakarta. Bukan hanya HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

“Maaf Kiai, bukan hanya HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com yang muat berita itu. Tapi semua media. Termasuk media-media Jakarta,” kata saya menjelaskan sembari menyebut beberapa media online Jakarta yang juga memuat berita itu.

Tapi sang tokoh agama tetap tak terima. Alasannya, para kiai di Jawa Timur tak membaca atau jarang membaca media terbitan Jakarta. Tahunya HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. Apalagi link BANGSAONLINE.com sering beredar di grup WhatsApp (WA) para kiai dan tokoh agama. 

Saya akhirnya paham. Maka saya menawarkan solusi agar sang kiai tak dimarahi para kiai.

“Baik Kiai. Sekarang apa yang bisa kami bantu. Apa perlu saya tulis berita bantahan atau klarifikasi, bahwa kiai tak mendukung Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri,” tanya saya kemudian.

Ia menolak. "Bukan seperti itu," katanya. 

Ia kemudian memberi keterangan pers yang intinya menjelaskan posisinya sebagai warga negara terhadap kepentingan bangsa. Intinya, dia tak keberatan Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri meski beragama Kristen. Tapi jangan ditulis mendukung. 

Potongan cerita di atas sengaja saya ungkap untuk menggambarkan betapa pengangkatan Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri penuh kontroversi, termasuk di kalangan kiai. Dan para elit politik di Jakarta – terutama Istana – sangat paham, termasuk para petinggi Polri.

(Kapolri Jenderal . Foto: CNN)

Karena itu, mereka melakukan pendekatan terhadap para tokoh agama Islam agar pengangkatan Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri kondusif. Termasuk pendekatan kepada para tokoh agama di Jawa Timur.

Jenderal Listyo Sigit juga tak tinggal diam. Saat uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR, Rabu (20/1/2021), Jenderal Listyo menjanjikan program keagamaan untuk mencegah perkembangan radikalisme dan terorisme. 

Apa programnya? Mewajibkan semua polisi mempelajari kitab kuning.

"Seperti dulu di Banten saya pernah sampaikan, anggota wajib untuk belajar kitab kuning," kata Jenderal Listyo yang mantan Kapolda Banten.

Nah, dari cerita di atas ada dua hal yang perlu kita cermati. Pertama, kita punya gambaran konkret tentang toleransi para kiai atau ulama dalam posisi Kapolri.

Memang semula terjadi kontroversi, tapi akhirnya dengan lapang dada mereka menerima Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri, meski beragama Kristen.

Sulit dibayangkan seandainya para kiai ngotot menolak Jenderal Listyo Sigit sebagai Kapolri. Padahal, apa susahnya para kiai itu menolak Listyo Sigit. Cukup membuat surat pernyataan ramai-ramai ke publik menolak calon Kapolri beragama Kristen, pasti terjadi kegaduhan. DPR pun tak akan ambil risiko jika para kiai kompak menolak. Tapi para kiai sangat arif. Mereka tak mau menciptakan kegaduhan. Apalagi penistaan agama.

Kedua, Jenderal Listyo Sigit sendiri mengakui bahwa kitab kuning (materi utama kurikulum pesantren) sangat efektif mencegah perkembangan radikalisme dan terorisme. Bahkan Jenderal Listyo Sigit mengaku telah membuktikan saat menjabat Kapolda Banten.

Karena itu sangat aneh ketika Pendeta Saifuddin Ibrahim menyampaikan pernyataan provokatif bahwa kurikulum pesantren mengajarkan radikalisme dan mencetak teroris. Pernyataan pendeta Saifuddin Ibrahim itu bukan saja tak sesuai fakta, tapi juga mencoreng dan menampar wajah Kapolri Jenderal . Bukankah Pendeta Saifuddin Ibrahim sama dengan mementahkan pernyataan Kapolri?

(Pendeta Saifuddin Ibrahim dan istrinya, Sara Ayu Ibrahim. Foto: facebook)

Klik Berita Selanjutnya

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO