JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Penggerebakan besar-besaran terhadap Pondok Shiddiqiyyah Jombang yang dilakukan aparat Polda Jatim untuk menangkap Bechi, tersangka pencabulan santriwati, telah usai. Kini publik mulai bertanya, siapa KH Moch. Muchtar Mu’thi, ayah Bechi itu? Benarkah ajarannya menyimpang?
Nah, silakan Anda baca tulisan tokoh pers, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE.com di bawah ini. (PENGANTAR REDAKSI BANGSAONLINE)
SAYA sering lewat depan pondok Shiddiqiyyah yang lagi dihebohkan itu. Beberapa tahun lalu. Ada lahan luas tidak jauh dari pondok itu. Lagi saya incar ketika itu.
Saya sering juga ingin mampir. Tapi selalu diburu waktu. Ada yang membuat keinginan mampir itu muncul: kiai muda di situ suka mobil. Mas Bechi. Ada baiknya kalau diajak kerja sama membuat mobil listrik.
Selalu saja saya urung mampir.
Sampai saya kaget ketika lagi di luar Jawa ini. Saya mendengar heboh-heboh itu: Pondok Shiddiqiyyah dikepung polisi. Ratusan. Ada yang menyebut ribuan, mungkin salah, tapi saking banyaknya.
Apakah ada teroris yang bersembunyi di pondok itu?
Tidak.
Ratusan polisi itu ingin menangkap satu orang: Mas Bechi. Nama lengkapnya: Moch Subchi Azal Tsani. Akrab dipanggil Mas Bechi. Umur 41 tahun.
Mas Bechi dilaporkan melakukan kejahatan seksual kepada santriwati di pondok itu. Ada yang menyebut korbannya lima wanita. Ada yang bilang lebih. Ada pula yang bilang mereka melakukan hubungan seks didasari agama, hanya saja tanpa administrasi dan saksi.
Saya lagi di luar Jawa. Saya tidak bisa mengecek mana yang benar. Saya juga tidak mau percaya berita media begitu saja.
(Dahlan Iskan.)
Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Yang jelas kiai muda itu sudah menyerahkan diri ke polisi. Penggerebekan selesai.
Mas Bechi, anak tunggal kiai utama di situ: KH Moch. Muchtar Mu’thi.
Mas Bechi anak dari istri yang bernama Sofiah. Masih ada satu istri lagi dengan anak 4 orang.
Mana yang istri muda dan mana yang tua sulit dilihat: usia mereka 11-12.
Siapa yang istri tua?
Secara hukum negara, Sofiah adalah istri pertama. Tapi konon istri satunya lagi lebih dulu dikawini secara agama.
Karena itu, kalau hanya dilihat dari foto dua wanita itu, umur mereka seperti sebaya: sama-sama sudah tua.
Rupanya hubungan antar anak dan antar istri inilah yang ikut meruwetkan keadaan.
Mas Bechi merasa difitnah. Ada kekuatan yang akan mengambil alih aset dan kepemimpinan pondok.
Mas Bechi adalah wakil rektor di perguruan tinggi di situ: Ponpes Majma’al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah.
Aset pondok ini besar. Lahannya luas. Sejak ada jalan tol lewat di dekatnya, harga tanah di situ naik drastis.
Pondok ini juga punya pabrik rokok. Mereknya: Sehat Tentrem. Lalu pabrik gula minuman botol. Konon Sofiah punya naluri dagang yang baik. Juga pintar mengatur keuangan.
Saat terjadi penggerebekan itu saya hanya bisa mengikuti lewat Instagram pondok Mas Bechi. @ashdaqwijaya. Live.
Apa saja dilaporkan secara langsung di IG. Termasuk foto santri yang terluka. Berdarah. Intinya: polisi dianggap berlebihan.
Intinya lagi: semua tuduhan itu fitnah.
Itu versi pengelola IG yang membela habis-habisan pondoknya, kiainya, dan kiai mudanya.
IG itu juga memuat klarifikasi Mas Bechi. Kelihatannya ditulis oleh orang dalam bernama Muhammad Fadhli.
Menurut tulisan Fadhli laporan pertama terhadap Mas Bechi dilakukan di tahun 2019. Itu laporan untuk kejadian tahun 2017.
Laporan itu, tulisnya, sudah ditangani polisi. Sudah dinyatakan tidak terbukti. "Kejaksaan pun sudah mengeluarkan SP3," tulisnya.
Di situ Mas Bechi bertekad melawan fitnah itu habis-habisan. Sampai tingkat berjihad. Rupanya tekad itu yang membuat ia tidak mau lagi mendatangi panggilan polisi yang baru. Sampai dinyatakan buron. Ia pun bersembunyi ketika digerebek. Sebelum akhirnya menyerahkan diri. Atau ditangkap.
Mas Bechi ganteng. Mampu merawat kulit dan rambut dengan sempurna. Meski kesukaannya mobil, termasuk mobil mewah, tapi tetap dianggap sufi –karena putra seorang Mursyid. Ia adalah Mursyid in waiting.
Mas Bechi juga akrab dengan musik. Ia bisa main organ. Bahkan ia menciptakan lagu sufi dan memainkannya di organnya. Lagu ciptaannya disebut ''musik oxytron''. Itu, katanya, lahir dari proses metafakta.
Intinya: ketika musik instrumentalia itu dimainkan, katanya, bisa menenangkan jiwa.
Berarti Mas Bechi ini dianggap sufi juga. Lewat jalan yang berbeda dengan penderitaan ayahnya berjalan kaki ke mana-mana.
Memang begitu banyak orang yang merasa bisa tenang dengan zikir. Mungkin Mas Bechi melihat; banyak juga orang yang baru tenang ketika mendengarkan musik. Tapi, rasanya, yang terbanyak, orang baru merasa tenang kalau punya uang.
Pondok Shiddiqiyyah yang didirikan ayah Mas Bechi ini tidak besar. Untuk ukuran Jombang.
Bukan kelasnya Tebuireng, Tambak Beras, Denanyar, maupun Rejoso. Tapi pengikut aliran pondok ini besar sekali. Fanatik. Di seluruh Indonesia.
Di tiap provinsi ada chapter-nya. Di banyak kota ada korwil-nya.
Mereka terhubung lewat Jamaah Kautsaran. Tiap Senin malam mereka berkumpul. Melakukan Kautsaran. Di wilayah masing-masing. Termasuk di pusatnya, di Ploso. Yang letaknya tidak jauh dari exit tol Jombang. Sedikit ke arah utara.
Setiap kali berkumpul, mereka hanya membaca doa, wirid, dan zikir. Sekitar 1 jam. Tidak ada yang aneh. Hanya mirip dengan zikir di aliran apa pun. Setiap kata wirid dibaca 7 kali atau 30 kali. Hanya tahlil yang dibaca 120 kali.
Ketika melafalkan tahlil tidak ada gerak yang berbeda dengan aliran lain. Mereka duduk bersila biasa. Ada yang menggoyangkan kepala berlebihan. Ada yang pelan. Ada pula yang tidak menggerakkan kepala.