Beras Masuk Komoditas Penyumbang Inflasi Jember, Analisa BPS Karena Produksi Menurun

Beras Masuk Komoditas Penyumbang Inflasi Jember, Analisa BPS Karena Produksi Menurun Tri Erwandi, Kepala BPS Jember.

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Beras menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi Jember pada beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, pada bulan ini pun terus mengalami kenaikan.

Indeks harga konsumen (IHK) menyebutkan angka 0,45 persen inflasi pada beras di bulan Oktober 2022. Sehingga, komoditas ini sudah tercatat mengalami kenaikan pada 3 bulan terakhir.

Baca Juga: Harga Beras Berangsur Stabil, Pj Wali Kota Mojokerto Tetap Gelar Pasar Murah Beberapa Komoditas

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPS Jember Tri Erwandi berharap data tersebut segera disikapi oleh dinas terkait.

Menurutnya, kenaikan terjadi karena adanya penurunan pada realisasi luasan panen selama tahun 2022.

"Ini sebagai pijakan ya, karena ini hanya angka sementara. Karena tahun 2022 masih ada sisa beberapa bulan," ujar Tri Erwandi sambil menyuguhkan data.

Baca Juga: Sebut Harga Beras Kembali Normal, Dirut Bulog: Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Erwandi mengatakan, data yang dihasilkan BPS Jember terkait realisasi luasan panen menggunakan metode kerangka sampel area (KSA). Yaitu luasan panen per hektare dikali dengan tingkat produktivitas padi ton per hektar.

"Realisasi luas panen selama beberapa bulan berjalan ini mengalami 3,03 persen penurunan dibanding pada tahun 2021. Sehingga berpotensi turunnya luas lahan sebesar 3,68 persen. Dan apabila dilanjutkan hingga akhir tahun, maka terjadi penurunan realisasi luas lahan sebesar 3,40 persen di tahun 2022," paparnya.

Dengan demikian, Tri Erwandi mengingatkan untuk mewaspadai inflasi dari komoditas beras yang diperkirakan akan terus mengalami penurunan produksi.

Baca Juga: Harga Semakin Melonjak, Pemkab Pamekasan Kembali Gelar Operasi Beras Murah

"Potensi produksi beras di tahun 2022 diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 3,24 persen dibanding tahun sebelumnya, sehingga hal ini akan menimbulkan turunnya produksi beras hingga akhir tahun 2022 sebesar 0,40 persen," jelasnya.

Menyikapi data dari BPS, Kepala , Karwisono, mengatakan bahwa hal tersebut baru prediksi. Ia mengatakan terdapat perbedaan dalam metode penghitungan luas panen dan produksi yang dilakukan oleh disperta.

"(BPS) Dengan dinas pertanian memang terdapat perbedaan. Sehingga luasan lahan panen dan produksi, hasilnya juga akan berbeda," singkatnya. (yud/bil/rev)

Baca Juga: Jelang Ramadan, Pj Gubernur Jatim Sidak Pasar, Beberapa Komoditas Bapok Alami Kenaikan Harga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO