Resolusi Jihad Meledak karena Hadratussyaikh Merintis dari Pengajian Keliling Kecamatan

Resolusi Jihad Meledak karena Hadratussyaikh Merintis dari Pengajian Keliling Kecamatan Andri, Ketua Pelaksana Peringatan Hari Santri Nasional. Foto: Mohammad Sulthon Neagara/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Peringatan (HSN) masih dua bulan lagi. Tepatnya 22 Oktober 2023. Tapi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya sudah melakukan persiapan. Dalam rapat PCNU tadi malam, Selasa (15/8/2023), Ketua PCNU Surabaya Habib Umarsyah menunjuk Andri sebagai ketua pelaksana HSN. Andri adalah pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU).

Bahkan PCNU Surabaya tadi malam menggelar acara diskusi bertema “Orasi Kebangsaan: Resolusi Jihad Kaum Santri Pengobar Api Revolusi, Penegak NKRI”. Dalam acara yang digelar di kantor PCNU Surabaya itu tampil sebagai narasumber seniman Riadi Ngasiran, Dr. Wasid, S.S., M.Fil.I. dan Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A.

Baca Juga: Sambut Hari Jadi ke-114 dan Hari Santri Nasional, Jombang Fest 2024 Digelar

Dalam pidatonya, Andri menyampaikan bahwa malam ini adalah malam pembuka dimulainya rangkaian-rangkaian Tahun 2023.

“Untuk itu kami panitia mengajak rekan-rekan semua untuk turut berpartisipasi dalam mensukseskan acara ini,” kata Andri.

Andri menambahkan saat berkunjung ke Pesantren Tebuireng Jombang sempat bertemu dengan KH Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin), Pengasuh Pesantren Tebuireng .

Baca Juga: ​Karnaval 4 Dusun di Desa Kandangan Gresik Geliatkan Ekonomi UMKM

Menurut Gus Kikin, Resolusi Jihad meledak yang kemudian mengobarkan semangat rakyat Indonesia, khususnya para kiai dan santri, untuk bertempur melawan penjajah dalam peristiwa pertempuran 10 November Surabaya, karena Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari jauh sebelumnya bergerilya memberikan semangat kepada masyarakat lewat pengajian-pengajian dari kecamamtan ke kecamatan.

“Gus Kikin menceritakan banyak hal bahwa kejadian Resolusi Jihad bukan sesuatu yang tanpa proses. Resolusi bisa meledak seperti itu melalui proses panjang yang dirintis oleh Hadratussyaikh, mulai dari pengajian-pengajian kecil keliling dari kecamatan ke kecamatan. Kemudian menanamkan santri-santrinya untuk menyebarkan hingga semua daerah-daerah itu berkumpul,” kata Andri.

Ia melanjutkan bahwa dalam beberapa catatan pasukan yang paling banyak adalah pasukannya Hadratussyaikh. 

Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali

“Ini ada beberapa sumber yang diceritakan hingga pada akhirnya ketika itu dikumandangkan santri langsung bergerak karena sudah digagas dari lama, jadi bukan serta merta,” Jelas Andri saat berpidato.

Dalam acara yang dihadiri hampir 350 peserta tersebut Andri menyampaikan bahwa untuk memeriahkan Hari Santri akan diadakan beberapa lomba. Diantaranya lomba Dai dan Orasi Ilmiah Resolusi Jihad. 

“Harapannya Resolusi Jihad ini akan menjadi bahasan, diskusi-diskusi kecil dimanapun, baik itu di warung kopi, di sekolah, di kampus, atau dimanapun. Maka harapan kami bahwa orasi ilmiah atau diskusi kecil mengenai Resolusi Jihad dapat tersebar paling tidak merasakan semangat, merasakan getaran, apa yang dirasakan santri pada waktu itu,” jelas Andri.

Baca Juga: HUT RI ke-79 dan Harganas, Wakil Wali Kota Pasuruan Jalan Santai Bareng Ratusan Warga

Wakil Sekretaris Tanfidziyah PCNU Surabaya Moch. Djauhari saat diwawancarai Bangsaonline.com menjelaskan betapa malangnya perjuangan para kiai dan santri yang jarang diketahui orang sehingga nyaris terlupakan dalam Sejarah.

Moch. Djauhari. Foto: Mohammad Sulthon Neagara/ BANGSAONLINE

”Disitu peran kiai dan santri nyaris tidak dijelaskan, padahal bukti dari banyak sumber itu ditata mulai dari 16 September sampai pecahnya 10 November. Itu yang menata adalah para kiai-kiai NU Surabaya. Bung tomo adalah bagian dari penunjukan ulama-ulama untuk membacakan deklarasi itu. Nah, dalam buku sejarah nasional nyaris ga ada, padahal bukti Resolusi Jihad itu sangat banyak. Bahkan peristiwa 10 November tidak akan terjadi jika tidak datangnya Kiai Abas Buntet di Surabaya, termasuk Kiai Bisri, Kiai Wahid Hasyim dan masih banyak lagi. Inilah yang memimpin pejuang-pejuang untuk semuanya datang ke Surabaya untuk menggelorakan perang 10 November itu,” katanya. (Mohammad Sulthon Neagara)

Baca Juga: Bupati Malang Pimpin Upacara HUT ke-79 RI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO