Raba Toy, Mainan Anak untuk Tunanetra dari Ubaya

Raba Toy, Mainan Anak untuk Tunanetra dari Ubaya Tiga mahasiswa Ubaya penemu Raba Toy, pemenang lomba Indisco 2015. foto: devi fitri apriyanti/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tiga mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) merakit Raba Toy, mainan untuk anak tunanetra usia enam sampai 12 tahun. Mainan ini dirasa cukup penting, karena mengarah ke metode belajar. Sementara mainan untuk tunanetra masih sangat sedikit.

Raba Toy meraih juara satu dalam kompetisi Industrial Design Seminar and Competition (Indisco) 2015, yang digelar Universitas Diponegoro, Semarang dengan tema Childern’s Product.

Baca Juga: Beri Kuliah Umum di Ubaya, Gubernur Khofifah Berbagi Resep Menjaga Kebhinekaan

Tiga mahasiswa ini adalah Nathania Wijono (Fakultas Teknik), Angela Tedjasukmana dan Yosua Terjokusumo (Fakultas Industri Kreatif). Mainan yang meraka ciptakan terdiri dari tiga bagian utama.

Pertama, mainan untuk mengenal bentuk dengan tombol-tombol yang dibuat berdasar pola desain braille dan berbahan dasar kayu MDF (Medium Density Fibreboard, yaitu papan yang terbuat dari serbuk kayu dicampur lem).

Mainan Ini dirancang memiliki enam bidang bentuk berbeda-beda. Ada persegi, persegi panjang, segitiga, dan bentuk lain. ”Anak-anak tunanetra bisa meraba tombol-tombol yang ada sambil meraba bentuk bidangnya. Jika tombol ditekan, juga akan keluar suara,” kata Nathania.

Baca Juga: Guru-Guru PAUD di Mojokerto Ikuti TOT Pra-Literasi

Mainan kedua, berupa alat pengenal tekstur. Anak penyandang tunanetra bisa mencocokkan tiap keping bidang dengan bentuk tertentu, untuk dicocokkan dengan keping bidang lainnya.

Ia menyebut, pada alat kedua ini, jenis tekstur braille yang bisa diraba lebih halus ketimbang tekstur tombol pada mainan yang pertama. Maklum, alat ini memang dibuat bertingkat sesuai kepekaan anak.

Pada mainan ketiga, penyandang tunanetra sudah dikenalkan pada macam-macam jenis huruf. Sekilas, bentuk mainan ini mirip papan tombol telepon. Hanya saja, tombol yang disediakan bukan angka, melainkan 26 huruf alfabet.

Baca Juga: Gandeng Ubaya, Pemkot Surabaya Siapkan 104 Beasiswa Ubaya Plus Jaminan Pekerjaan

”Di bagian atas tombol, ada teksur braille yang sesuai dengan huruf masing-masing. Saat huruf ditekan, akan keluar suara,” ungkap Nathania, yang duduk di semester VII ini.

Mainan itu sudah pernah diujipraktikkan di Sekolah Luar Biasa-A YPAB Tegal Sari, Surabaya. Hasilnya, Nathania menyebut, mainan lebih efektif digunakan bagi penyandang tunanetra yang belum mengenal huruf-huruf. Anak-anak itu, kata dia, gemar dengan Raba Toy terutama karena mengeluarkan suara.

Selama proses pembuatan, Nathania dan tim banyak terkendala waktu. Maklum, alat ini dibuat untuk ikut dalam kompetisi Industrial Design Seminar and Competition (Indisco) 2015 yang digelar Universitas Diponegoro, Semarang.

Baca Juga: Wabup Pungkasiadi Terima Rombongan Penmas Ubaya

Karena kesibukan kuliah, tiga mahasiswa hanya punya waktu efektif dua pekan untuk menyelesaikan karyanya. ”Yang paling susah yaitu menyusun rangkaian elektroniknya,” ucap dia.

Angela berharap, ke depan produk itu bisa diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan bermain anak penyandang tunanetra. Apabila rencana itu teralisasi, tim akan berusaha mengubah bahan dari kayu ke plastik dengan alasan keamanan. Secara total, tim harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 130.000 untuk satu paket produk.(sby2/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO