Cagar Budaya Gedung Singa Dikuasai Jiwasraya, Tiga Delegasi Asal Belanda Minta Bantuan Pemkot

Cagar Budaya Gedung Singa Dikuasai Jiwasraya, Tiga Delegasi Asal Belanda Minta Bantuan Pemkot Delegasi Belanda foto bersama di Balai Kota usai menghadap wali kota Surabaya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ada raut kesedihan dan kekecewaan saat delegasi dari Belanda yang terdiri atas tiga orang memberi keterangan pada awak media. Ketiga delegasi asal Belanda tersebut usai beranjangsana pada wali kota Surabaya Tri Rismaharini di ruang kerjanya.

Mereka masing-masing Frans Liedelmeijer, Charle E Marlisa dan Marco Bruidnes yang didampingi Hermawan. Mereka memberikan pernyataan terkait gedung Singa yang berlokasi di Jalan Veteran 19-21-23 yang selama 25 tahun ini dikuasai oleh BUMN Jiwasraya.

Baca Juga: Bunker Tegalsari akan Difungsikan Jadi Coworking Space Hingga Sentra UMKM

"Kami ingin pemerintah Surabaya membantu kelancaran proses renovasi dan perbaikan gedung Singa tersebut, karena gedung tersebut memiliki sejarah yang amat penting terkait art yang ada di dalam gedung Singa," papar Frans.

Ia memaparkan gedung tersebut dibangun pada zaman penjajahan Belanda tepatnya tahun 1901. Gedung tersebut dibangun arsitek asal Belanda yang sangat terkenal bernama Bella. Ia hanya membangun gedung di luar negara Belanda hanya di 3 kota saja, yakni di Jakarta, di London dan di Surabaya. Di Surabaya ini dianggap sebagai gedung yang terindah dan terdiri atas 3 lantai.

"Gedung Singa ini lantai marmernya diambil langsung dari negara Italia, patung Singa juga dikerjakan oleh pematung paling terkenal di dunia yakni Mendeste Costa. Bahkan dinding yang nempel di ruang depan dikerjakan sendiri oleh arsitek Bella dengan hiasan artistik semi modern. Gedung ini akan dibangun persis seperti sediakala namun ada sedikit sentuhan modern dengan lift yang kita letakan di ruang tengah agar semua bisa menikmati indahnya gedung Singa dari lantai satu sampai ke lantai tiga," sambung Frans.

Baca Juga: Bernilai Sejarah, DPRD Jatim Usulkan Langgar Gipo Menjadi Cagar Budaya

Sementara itu Marco menjelaskan bahwa pembangunan gedung Singa ini 100 persen dibiayai oleh tim dari belanda.

"Ada 2 investor, salah satunya dari kedutaan Belanda. Jadi kami tidak minta uang dari pemerintah Indonesia. Masalahnya saat ini gedung tersebut dikuasai oleh BUMN Jiwasraya. Kami tidak bisa masuk untuk melihat-lihat karena kuncinya tidak tahu dibawa oleh siapa. Jadi kami minta bantuan bu Risma untuk memberi kelancaran dan hak untuk merenovasi dan mengurus kepentingan-kepentingan yang kami butuhkan," sela Marco dengan bahasa inggris yang kental.

Gedung Singa saat ini mangkrak dan disewakan kepada penjual soto dan penjual makanan yang lain.

Baca Juga: Benteng Kedung Cowek Resmi Ditetapkan Sebagai Bangunan Cagar Budaya

"Gedung Singa dibangun oleh salah satu arsitek yang paling terkenal di dunia, bahkan ornamen yang ada di dalamnya didatangkan dari Italia dan negara eropa yang lain. Jika pemerintah mengizinkan kami merenovasi ulang, gedung ini akan digunakan untuk restoran Belanda dengan ornamen yang khas Belanda. Karena itu saya berharap teman-teman media bisa membantu untuk mengingatkan akan pentingnya sebuah sejarah art bagi perkembangan jaman," pungkas Frans. (yul/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO