"Ngumpulke Balungpisah Warga NU", Mbah Moen Cium Tangan Kiai Hasyim Muzadi

"Ngumpulke Balungpisah Warga NU", Mbah Moen Cium Tangan Kiai Hasyim Muzadi KH Maimoen Zubair saat mencium tangan KH Hasyim MUzadi dalam acara Ngumpulke Balungpisah Warga NU di Kampus Unwahas Semarang, Ahad, 17 Juli 2016. foto: bangsaonline.com

SEMARANG, BANGSAONLINE.com - Ada pemandangan menarik dalam acara Halal Bihalal “Ngumpulke Balungpisah Warga NU” di Fakultas Kedokteran Unwahas Semarang, Ahad 17 Juli 2016. Kiai sepuh dan kharismatik KH Maimoen Zubair mencium tangan KHA Hasyim Muzadi. Peristiwa itu terjadi saat Mbah Moen – panggilan Kiai Maimoen Zubair – baru datang ke acara para kiai NU itu. Tiba-tiba Mbah Moen menghampiri Kiai Hasyim Muzadi dan langsung mencium tangannya. Karuan saja para kiai dan warga NU yang datang ke acara tersebut tercengang. Maklum, Mbah Moen dikenal kiai kharismatik dan lebih sepuh daripada Kiai Hasyim Muzadi.

Yang juga menarik, ketika Mbah Moen memberi tausiah kepada warga NU di atas podium, Kiai Hasyim Muzadi mau pamit mau pulang. Mantan ketua umum PBNU dua periode itupun menghampiri Mbah Moen yang lagi ceramah. Kiai Hasyim Muzadi langsung mencium tangan Mbah Moen dan pamit pulang lebih dulu.

Baca Juga: Hadiri Halaqah Pesantren Al-Hikam, Ketua Wantimpres Bersyukur Dekat Kiai Hasyim Muzadi

Para kiai yang hadir tentu saja berdecak kagum. “Itu saya kira akhlak kiai NU yang saling menghormati,” komentar salah seorang kiai yang hadir dalam acara itu.

Ketika menyampaikan taushiyah, Mbah Moen bercerita bahwa Kiai Hasyim Muzadi adalah paman atau pak lek dari jalur ibunya. Karena itu Mbah Moen sangat menghormati.

Meski demikian para kiai yang hadir tetap terkagum-kagum pada akhlak dua kiai bertaraf nasional itu.

Baca Juga: Erick Thohir Jadi Ketua Pengarah Satu Abad NU

Sementara Kiai Hasyim Muzadi dalam ceramahnya mengatakan bahwa silaturahmi antar eksponen dan komponen Nahdlatul Ulama yang tersebar di mana-mana sangat diperlukan. ”Karena keluasan dan kedalaman konsep keagamaan dalam Nahdlatul Ulama tidak cukup dilakukan oleh Kelompok sektoral di kalangan warga nahdliyin tapi harus bersama-sama,” katanya.

Menurut dia, keutuhan manhaj keagamaan NU yang disebut sebagai al-wasatiyah sebenarnya berlaku pada bidang tauhid, ibadah, muamalah (sosial) yang menyangkut bidang hukum, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, dan tata sosial. Belum lagi sistem hubungan antara pemikiran NU dalam hubungannya dengan penataan negara serta sumbangan NU pada dunia Internasional.

”Oleh karenanya, perlu terus disinergikan antara kelompok-kelompok sektoral sehingga sambung menyambung antara satu dengan yang lain dalam komponen Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah,” tegas anggota Wantimpres itu.

Baca Juga: Ngaku Kiai Lasem, Nuduh Gus Dur Syiah, Ini Jawaban Penulis Ensiklopedi Gus Dur

Ia menegaskan, dihitung dari kurun pendiri Nahdlatul Ulama sekarang ini sudah masuk usia 100 tahun. Berarti ke depan masuk abad baru dalam perjuangan NU. Maka tugas paling pokok pengkaderan. ”Inilah perlunya inventarisasi Dan modifikasi ajaran NU yang komprehensif untuk dituangkan dalam abad baru yang sama sekali berubah.” tegasnya.

Bagaimana caranya agar nilai NU tetap murni tetapi pengembangan nya disesuaikan dengan abad yang berubah tersebut. ”Jangan ada perubahan yang merusak nilai NU, jangan pula nilai NU tidak dikembangkan dalam abad yang baru,” katanya.

Menurut dia, dengan perhatian abad dan keterbukaan Indonesia, NU pasti menjadi lahan keroyokan oleh ideologi lain baik yang datang secara lokal, Nasional dan internasional, sehingga jika tidak hati-hati NU akan rusak di situ. (ma)

Baca Juga: Kiai ​Malik Madani: Dulu Saya Usulkan AHWA untuk Hadang Politisi Busuk, Tapi...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pastor Sindir Kiai Poligami, Ini Respon Cerdas dan Jenaka KH A Hasyim Muzadi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO