Menpora Janji Kawal Pengembalian Status Persebaya Surabaya oleh PSSI

Menpora Janji Kawal Pengembalian Status Persebaya Surabaya oleh PSSI Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Imam Nahrawi saat memberikan sambutan dalam pembukaan Musyawarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jombang di hotel Yusro, Sabtu (24/12). foto: ROMZA/ BANGSAONLINE

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Menteri Pemuda dan Olahraga () RI, Imam Nahrowi, meminta PSSI (Pengurus Sepakbola Seluruh Indonesia) yang baru terbentuk dari hasil Kongres Luar Biasa November lalu mengembalikan status keanggotaan Surabaya.

“Kita sejak awal sudah minta posisinya harus dikembalikan. PSSI saat itu juga sudah menjanjikan akan ditindaklanjuti dan memasukkan itu (, Red) pada agenda kongres,” kata Imam Nahrawi, ditemui usai menghadiri pembukaan Musyawarah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jombang di hotel Yusro, Sabtu (24/12).

Baca Juga: Siapkan Skema Pemanfaatan Wisma Karanggayam, Eri Berharap Bisa Angkat Performa Persebaya

Hingga kini, status masih bukan anggota PSSI. berjanji akan terus mengawal tim kebanggan warga Surabaya itu hingga diakui PSSI dan bisa ikut kompetisi sepakbola nasional. “Itu akan terus kita kawal. Januari nanti, di Kongres (biasa) PSSI. Harus sampai tuntas,” tandas Imam.

Untuk diketahui, pada Kongres PSSI di Jakarta, 10 November lalu, pembahasan masalah batal dilaksanakan dan membuat urung diakui PSSI. Ketua Umum PSSI 2016-2020, Letnan Jenderal Edy Rahmayadi, berjanji akan menuntaskan permasalahan pada kongres di Bandung, 8 Januari 2017.

Sebelumnya, dalam rapat Komite Eksekutif PSSI (Exco) di Solo September lalu, status  Surabaya bersama sejumlah klub sudah dibahas. Dalam rapat tersebut, Exco memutuskan Surabaya diterima kembali sebagai anggota PSSI dan akan mulai berkompetisi di Divisi Utama. Namun, pengesahan harus ditetapkan di Kongres.

Baca Juga: Pembukaan ASEAN University Games 2024, Pj Adhy: Kehormatan Bagi Jatim Jadi Tuan Rumah

Permasalahan dimulai pada tahun 2011. tidak diakui pengurus PSSI era Nurdin Halid setelah mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) pada 2011. Liga Primer Indonesia dibentuk sejumlah pihak sebagai ketidakpuasan mereka terhadap Liga Super Indonesia (LSI) yang dinilai amburadul.

Selain klub , klub lain yang dihukum karena mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia adalah Persema Malang dan Persibo Bojonegoro. Ketiga klub tersebut pada kepengurusan PSSI era Djohar Arifin Husein, berkompetisi di Liga Primer Indonesia, yang saat itu adalah kompetisi tandingan bentukan PSSI.

Di saat mengikuti kompetisi LPI, munculah baru yang bermai di divisi utama kompetisi kompetisi PSSI. pun mengalami dualisme, yakni 1927 yang bermain di LPI, dan yang bermain kompetisi divisi utama.

Baca Juga: Anniversary 97, Persebaya Undang Persibo di GBT, Eko Setyawan: Kita Bawa Pemain Baru

Setelah Kongres Luar Biasa 17 Maret 2013, PSSI tak memasukkan 1927 dalam skema unifikasi liga. PSSI hanya mengakui yang bermain di kompetisi yang dikelola PT Liga. Hal inilah yang mengawali permasalahan tersebut.

Sementara dualisme nama berakhir setelah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) memutuskan pihak yang berhak menggunakan nama dan logo , adalah 1927 yang sebelumnya bermain di LPI.

Keputusan Kemenkumham tersebut ditegaskan dalam sertifikat merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) di Jakarta, Senin 21 September 2015. (rom/rev)

Baca Juga: Pemprov Jatim Gelar Nobar Semifinal Piala Asia, Pj Adhy Puji Perkembangan Timnas U-23

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO