Tim AIDeX-Denali Tiba di San Francisco, Berencana Tetap Puasa saat Mendaki

Tim AIDeX-Denali Tiba di San Francisco, Berencana Tetap Puasa saat Mendaki Faishal (kanan) bersama Roby mengapit Andy saat kedatangan di Bandara San Francisco. foto: dok. wanala

SAN FRANSISCO, BANGSAONLINE.com - Setelah menempuh waktu sekitar 14 jam lebih perjalanan udara, Tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) akhirnya tiba juga di Bandara Internasional San Francisco (SFO), California, Amerika Serikat, Rabu (17/5) kemarin pukul 14.50 waktu setempat. Kedatangan Tim AIDeX ternyata sudah ditunggu oleh Andy, staf KJRI (Konsulat Jendral Republik Indonesia) di San Francisco yan bertugas sebagai penjemput.

Setelah itu tim langsung diantar menuju Wisma Indonesia yang membutuhkan waktu seitar 1 jam 45 menit. Tiba di lokasi pada pukul 17.45 waktu setempat, tim langsung istirahat serta makan sore.

Baca Juga: Suhu Minus 55°C dan Frostbite Mengiringi Perjalanan Tim AIDeX Menuju Puncak Denali

“Alhamdulillah, semua tim sehat. Cuaca di San Francisco cerah dengan suhu berkisar 16 derajat celcius,” ucap Yasak, angota tim sekaligus penanggungjawab publikasi, dokumentasi dan medis (pubdok dan medis).

Ada peristiwa di luar skenario operasional tim yakni, saat di bandara SFO memakan waktu yang lama untuk keluar Bandar udara internasional milik San Francisco tersebut. Pasalnya, Faish sapaan akrab ketua Tim AIDeX, sempat dibawa ke ruangan khusus selama 1 jam karena petugas mencurigainyai sebagai pemakai narkoba.

Seperti diketahui, Tim AIDeX berangkat meninggalkan Tanah Air dari Surabaya lalu transit Jakarta melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) pada Rabu (17/5) pukul 00.40 WIB. Beberapa senior yang merupakan anggota luar biasa (ALB) termasuk juga di antaranya salah satu pendiri organisasi pecinta alam di Unair, ikut melepas keberangkatan Tim AIDex ini.

Sebelumnya, Tim AIDeX berangkat dari Surabaya pada Senin (8/5) lalu. Tim dilepas dengan upacara pelepasan yang dipimpin langsung oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih. Ia memberikan apresiasi sekaligus motivasi kepada para atlet (tim). Menurutnya, pendakian puncak-puncak tertinggi di Dunia adalah bagian dari upaya untuk memperkenalkan Unair dan Indonesia kepada masyarakat luar negeri.

Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) merupakan ekspedisi yang dilakukan Mahasisiwa Pecinta Alam (MPA) Wanala Universitas Airlangga (UA/Unair) Surabaya, untuk menaklukkan puncak tertinggi di Amerika Utara, Gunung Mc. Kinley atau yang biasa disebut dengan Denali. Pendakian ke puncak Denali ini merupakan bagian dari ekspedisi kelima seven summit.

Sebelumnya, empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah dicapai Wanala Unair adalah Puncak Cartens, Gunung Jaya Wijaya (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013). Setelah Denali, tim akan melanjutkan ekspedisinya ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya untuk menggenapi ekspedisi seven summits MPA Wanala Unair. Ekspedisi seven summit merupakan serangkaian pendakian ke tujuh puncak gunung tertinggi masing-masing benua.

Tim AideX yang beranggotakan tiga atlet ini terdiri dari, Ketua Ekspedisi Muhammad Faishal Tamimi (Fakultas Vokasi, Prodi Otomasi Sistem Intrumentasi tahun 2012, Diklat 36), Ketua Operasional Mochammad Roby Yahya (Fakultas Perikanan dan Kelautan, Prodi Budidaya Perairan tahun 2011, Diklat 34) serta Pubdok dan Medis Yasak (Alumnus FISIP Prodi Ilmu Politik tahun 2008, Diklat 31).

Tetap Puasa Selama Mendaki Gunung Es

Ketua Ekspedisi Muhammad Faishal Tamimi menyebutkan, Tim AIDeX rencananya akan mendaki di Denali selama 18 sampai 22 hari. Pendakian di Denali akan dimulai pada 21 Mei sampai 9 Juni mendatang.

Selain itu, selama pendakian, mereka berencana untuk tetap menjalankan ibadah puasa. “Rencananya sih pas aklimatisasi atau rest day. Pada saat rest day kan aktivitasnya hanya berdiam diri atau berjalan-jalan di sekitar tenda. Itu memungkinkan untuk puasa meskipun tidak full,” ungkap Faishal.

Persiapan yang dilakukan Tim AIDeX memakan waktu lebih dari satu tahun. Mereka (para atlet) dilatih untuk terbiasa menggunakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk pendakian gunung es seperti crampon (sepatu berpaku) hingga sepatu bertapak lebar.

Para atlet juga secara rutin mengadakan latihan di area pegunungan seperti Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (BTS) serta Gunung Argopuro. Dalam latihan tersebut, mereka berlatih untuk menyeret beban seberat 20 kilogram, serta teknik penyelamatan diri.

(Tim AIDeX saat menjalani latihan di Bromo Tengger Semeru dengan teknik sledding dan moving together)

“Idealnya mendaki di sana empat sampai lima orang. Semua pendaki terhubung dengan satu tali, kalau ada satu yang terjatuh maka masih ada empat orang yang menahan. Makanya latihan kemarin di Bromo kita lebih fokus dengan teknik rescue,” imbuh mahasiswa D-3 Otomasi Sistem Instrumentasi ini.

Ditanya soal tujuan dan harapan pendakian, Faishal yang mewakili ketiga rekannya, bersepakat mengatakan, bahwa ekspedisi seven summits adalah wujud kecintaan mereka kepada alam dan Tanah Air.

“Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, seven summits adalah wujud kecintaan kami pada alam dan Tanah Air. Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, ini adalah cara kami menunjukkan harga diri sebagai sebuah organisasi,” pungkasnya. (ian/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO