Di Depan 2.400 Pengurus NU, Muslimat NU, dan BKMT, Kiai Asep Minta Pilih Capres yang Salat

Di Depan 2.400 Pengurus NU, Muslimat NU, dan BKMT, Kiai Asep Minta Pilih Capres yang Salat Dr KH Asep Saifuddin Chalim saat memberikan taushiyah di aula Pondok Pesantren Amanatul Ummah Siwalankerto Surabaya, Ahad (9/12/2018). foto: bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Dr KH Asep Saifuddin Chalim menggelar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW secara berantai. Awalnya Kiai Asep mengundang sekitar 800 Ketua MWC dan Ranting NU se-Kota Surabaya. Kemudian ia mengundang 1.200 pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) se-Kota Surabaya pada pukul 9.00 pagi hingga pukul 12.00 pada Ahad (9/12/2018). Lalu pada malam harinya Kiai Asep mengundang sekitar 800 pengurus PAC dan Ranting Muslimat NU se-Kota Surabaya. Praktis Kiai Asep mengumpulkan 2.400 pengurus NU, Muslimat NU dan BKMT se-Kota Surabaya, meski dalam jam yang berbeda.

Dalam ceramahnya, Kiai Asep yang kini Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Pusat itu selain mengupas tentang shirah nabawiyah terutama masa kecil Nabi Muhammad, juga memberikan ijazah doa dan salat malam agar rakyat Indonesia gampang mendapatkan rezeki dan bebas dari kemiskinan.

Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar

“Empat pendeta besar yang hidupnya hanya mempelajari kitab Injil dan Taurat menemukan ajaran dalam kitab-kitab mereka bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan akhir jaman,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim saat memberikan taushiyah dan ceramah Isra’ Mi’raj, Ahad malam (9/12/2018). Para pendeta besar itu bernama Sayif bin Biyazin al-Khimyar, Bukhaira, Nastor, dan Waraqah Bin Naufal.

Menurut Kiai Asep, para pendeta itu sudah tahu tanda-tanda kenabian itu sejak Nabi Muhmmad berusia 6 tahun. Awalnya Nabi Muhammad diajak pamannya - Abu Thalib - melakukan ekspedisi ke negara Syam (Syria). Tapi di tengah perjalanan kafilah dagang ini bertemu pendeta bernama Sayif Bin Biyazin al-Khimyar. Pendeta ini terpesona melihat Muhammad kecil karena melihat tanda-tanda kenabian seperti yang tertera dalam kitab Injil dan Taurat yang mereka pelajari selama ini.

“Di mripatnya ada bintik-bintik merah yang bukan penyakit dan di antara dua bahunya ada stempel khatamunnubuwah,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim yang mantan ketua PCNU Kota Surabaya.

Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita

Pendeta Sayif Bin Biyazin al-Khinyar – tutur Kiai Asep - meyakini sekali bahwa inilah Nabi akhir jaman. Karena itu ia kemudian menyarankan Abi Thalib agar membawa pulang keponakannya itu. “Karena di Syam banyak sekali pendeta – termasuk dari Yahudi - yang sudah tahu dan mengenal kalau akan ada Nabi akhir jaman. Di antara mereka bisa jadi nanti akan menyakiti Nabi Muhammad karena mereka ada yang merasa tersaingi pengaruhnya,” tegas Kiai Asep yang kini memiliki 11.000 santri lebih.

Begitu juga pendeta Bukhaira, Nastor, dan Waraqah bin Naufal. Para pendeta besar yang ahli dalam kitab Injil dan Taurat itu yakin sekali bahwa Muhammad adalah Nabi akhir zaman yang akan membawa syariat untuk mengganti syariat yang ada.

Menurut Kiai Asep, seandainya para pendeta sekarang jujur dengan ajaran kitab Injil dan Taurat yang asli, pasti mereka berebut masuk Islam. Tapi , kata Kiai Asep, orang jadi Islam itu karena faktor hidayah. “Karena itu kita yang mendapat hidayah ini harus terus menjaga keimanan kita dengan lebih banyak bertaqwa kepada Allah SWT,” tegasnya.

Baca Juga: Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi

Usai memaparkan Isra’ Mi’raj, Kiai Asep memberi ijazah salat malam dan doa yang menggampangkan mendapatkan rezeki. Ia mengaku pernah hidup sangat miskin. Bahkan untuk bisa kuliah harus jadi kuli bangunan. “Saya dua bulan jadi kuli bangunan agar bisa mendapatkan uang untuk kuliah,” kata Kiai Asep yang membuat banyak hadirin terkesima.

Kiai miliarder ini bahkan mengaku kakinya sempat tertusuk paku berkarat ketika jadi kuli bangunan. “Mandor saya tak peduli meski kaki saya kena paku,” ungkapnya. Untungnya teman sesama kuli bangunan itu ada yang membantu. “Luka bekas paku itu dimasuki penthol korek api lalu dicos (dibakar),” katanya. “Mereka bukan untuk menyakiti saya, tapi agar kaki saya tak titanus,” tegasnya.

Kiai Asep menceritakan kemiskinan yang dialami itu untuk menjelaskan bahwa doa dan salat malam yang diamalkan selama ini sangat mustajab. Artinya, kalau dulu sangat miskin sekarang jadi kiai miliarder karena faktor salat malam. “Salat malam itu saya temukan dalam kitab Ihya Ulumiddin bab salat sunnah (nawafil),” katanya. Yang membuat Kiai Asep mantap karena dalam kitab itu ada keterangan bahwa doa ini tak akan ditolak oleh Allah SWT. “Minaddu’a alladhi laa yuraddu,” ungkapnya mengutip kalimat dalam kitab tersebut.

Baca Juga: Kiai Asep Yakin Mubarok Menang dalam Pilkada Mojokerto 2024, Inilah Target Kemenangannya

Salat malam itu terdiri dari 12 rakaat dan 6 salam. “Monggo dilampahi (diamalkan). Tapi jangan diajarkan kepada orang lain kecuali kepada anak-anak sampean sendiri. Karena saking mustajabnya doa ini, meski permintaan maksiat bisa terkabulkan. Kalau dilakukan untuk maksiat, saya yang memberi ijazah juga ikut kena getahnya,” katanya sembari mengatakan bahwa dalam kitab tersebut ada peringatan jangan diajarkan kepada sembarang orang.

Pada akhir taushiyahnya, Kiai Asep memberikan pendidikan politik. “Ini penting agar suara kita tak hanya dimanfaatkan orang lain,” tegasnya. Apalagi selama ini para Caleg yang memanfaatkan suara NU dan Muslimat NU sering tak peduli begitu terpilih. Bahkan banyak anggota DPR yang terjerat korupsi.

Karena itu Kiai Asep kemudian merekomendasikan para caleg kader NU dan Muslimat NU yang harus dipilih oleh pengurus NU, Muslimat NU dan BKMT. Menurut dia, pada pemilu 17 April 2019 nanti kita harus memilih kader kita sendiri.

Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto

Dalam acara itu tampak hadir Bendahara Pergunu Pusat Muhammad Habibur Rochman, SE (Gus Habib) yang merupakan Caleg DPR RI Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari Surabaya-Sidoarjo. Gus Habib adalah putra Kiai Asep Saifuddin Chalim.

Hadir juga Direktur HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com EM Mas’ud Adnan yang juga Caleg DPRD Provinsi Jawa Timur PPP dapil Kota Surabaya. Selain itu juga hadir Dwi Astutik, Caleg DPRD Jatim, dan Caleg Kota Surabaya Umi Nadiroh, Nur Fitriati Z, Artika, Khairun Nisa, Z Hasanah, Muhiddin, Faradila Mahri, Mooi Dina Kartika Sari, Sri Setyo Pertiwi, Ndaru Nurnaningsih, dan Junaedi.

Kiai Asep juga menyinggung pemilihan presiden. Ia mengaku heran terhadap para tokoh agama – terutama kiai dan habaib – yang selama ini berdoa agar pemimpin atau presiden jatuh pada orang yang takut kepada Allah. “Tapi kenapa tidak memilih Pak Jokowi yang sudah jelas-jelas salat?,” tegasnya. Padahal salah satu indikator takut kepada Allah adalah salat. “Gimana bisa dikatakan taat kepada Allah jika tak salat,” katanya. 

Baca Juga: Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding

Dalam acara itu juga hadir Ketua PCNU KH Fatchur Rochman dan Ketua MUI Kota Surabaya KH Munib. Hadir juga Ketua PC Muslimat Kota Surabaya Hj Lilik Fadilah, Wakil Ketua PC Muslimat NU Kota Surabaya Nyai Hj Masfufah Hasyim, Sekretaris PC Muslimat NU Nyai Hj Fatimah, Nyai Hj Aisyah, Ketua BKMT Kota Surabaya Nyai Hj Muchit Murtadlo, Nyai Hj Aminah, dan KH Abdurrohim Zulkarnaen. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Dulu Banyak Sinis dan Tertawa, Kini Miliki 12.000 Santri, ini Ijazah Amalan Kiai Asep':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO