PWNU Yakin Warga NU Jatim yang Ikut Aksi ke Jakarta Tak Banyak

PWNU Yakin Warga NU Jatim yang Ikut Aksi ke Jakarta Tak Banyak KH. Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jatim. foto: DIDAY/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Menjelang pengumuman pemenang Pilpres pada 22 Mei mendatang, suhu politik menghangat. Menyusul adanya rencana pengerahan massa dari berbagai daerah termasuk Jawa Timur untuk aksi mengepung kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia di Jakarta.

Bahkan, dari Jawa Timur dikabarkan ada 10.000 massa simpatisan 02 termasuk warga NU yang akan berangkat ke Jakarta. Hal itu diungkapkan Ketua Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin (BKSN), H. Agus Solachul A’am Wahib atau Gus A'am.

Baca Juga: Sah, Gus Kikin Terpilih jadi Ketua PWNU Jatim dengan Dukungan 88 Persen

Terkait hal itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH. Marzuki Mustamar yakin massa yang datang dari Jatim tak sebanyak itu, apalagi kalau disebut itu warga NU. Dirinya yakin warga NU sudah dewasa, bisa melihat masalah ini lebih bijak. Karena politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis.

“Saya tidak yakin kalau ada massa NU sebanyak itu (10.000 orang) yang datang ke Jakarta. Kita lihat dulu orang yang bicara itu berpengaruh apa tidak di bawah. Apakah dia mengakar di lingkungan NU atau tidak,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Gasek, Kabupaten Malang itu, Sabtu (18/5) malam.

Kiai Marzuki mengimbau semua pihak untuk menjaga kerukunan dan perdamaian. Persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga siapa pun yang terpilih menjadi Presiden nanti.

Baca Juga: Spirit Tebuireng, LPNU Jatim Tingkatkan Pendampingan Ekonomi Nahdliyin

“Indonesia jangan seperti negara lain, seperti Srilanka, Suriah, Yaman, Irak, dan Afghanistan. Indonesia tetap Indonesia,” kata Kiai Marzuki.

Dijelaskan Kiai Marzuki, perkara menang dan kalah sudah biasa dalam pertarungan di Pilpres. Namun, kemenangan itu jangan sampai membuat sombong yang pada akhirnya tidak ada persiapan ke depan.

“Yang menang jangan sombong, yang kalah jangan sakit hati. Suatu saat Allah SWT bisa mencabut kekuasaan seseorang yang telah diberikan,” ujarnya.

Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini

Menurutnya, kedua capres yang bertarung di , sama-sama salah. “Yang namanya manusia tidak pernah melakukan kesalahan. Caranya paling gampang saling memaafkan. Kalau tidak bisa, ya dipertemukan dalam satu meja,” tuturnya.

"Sesama muslim dan rakyat Indonesia juga jangan sampai saling tidak mempercayai. Kalau sudah tidak percaya dengan aparat penegak hukum, maka ini menjadi lampu kuning atau peringatan bagi kita," tambahnya.

"Mengundang kekuatan asing akan merugikan bangsa ini. Jangan pernah mempercayakan bangsa kita kepada bangsa lain. Mereka pasti tidak ikhlas mengurus bangsa lain," katanya.

Baca Juga: Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII

Hal senada disampaikan Ketua Bravo-5 Jatim Gus Ubaidillah. Ia mengatakan, seandainya memang ditemukan bukti kecurangan dalam Pemilu kali ini, ada saluran hukumnya. "Silakan bawa bukti kecurangan itu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Asal bukti itu valid dan otentik, bukan dugaan atau rekayasa. Masalah bukti kecurangan itu bisa membatalkan kemenangan atau tidak, biar MK yang menentukan," tuturnya.

“Sejak awal kan ada salurannya, mulai proses rekapitulasi suara sampai ke MK. Silakan buktikan data kecurangan yang mereka miliki, jangan hanya teriak-teriak kecurangan lalu minta hasil pilpres yang notabene mandat mayoritas rakyat Indonesia dibatalkan. Apalagi dengan ancaman people power (kekuatan massa). Ini negara hukum, negara demokrasi, gunakan cara-cara yang konstitusional,” pungkas pria yang akrab disapa Gus Ubed itu. (mdr/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO