​Arsul Sani: Godaan Berat dalam Politik, Tidak Ambil yang Bukan Haknya

​Arsul Sani: Godaan Berat dalam Politik, Tidak Ambil yang Bukan Haknya Arsul Sani. foto: jpnn

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan () Arsul Sani bercerita tentang pengalamannya dalam berpolitik. Menurut dia, ada godaan yang sangat berat dalam berpolitik. Apa itu?

“Godaan untuk tidak mengambil yang bukan haknya,” kata Arsul Sani terus terang dalam Webinar bertema Posisi Pesantren dalam Hajatan Politik Lokal dan Nasional yang digelar Institut Hasyim Muzadi (IHM) Depok Jawa Barat, Sabtu (22/8/2020) malam.

Baca Juga: Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar

Ia mengaku 14 tahun menjalani karir profesional sebagai direksi di perusahaan multi nasional. Kemudian juga berkarir sebagai advokat. Tapi begitu masuk ke dunia politik, ia mengaku mendapat godaan yang sangat berat. Yaitu tidak mengambil yang bukan haknya.

Arsul Sani juga menilai, selama ini kita dalam berpolitik sangat fanatik sehingga seolah masuk ke masalah agama. Akibatnya, sering terjadi pertengkaran yang sulit diselesaikan.

“Berpolitik seolah untuk izzul Islam wal-Muslimin,” kata Arsul Sani. “Padahal seharusnya kita biasa-biasa saja. Tida usah seperti berbeda madzhab. Padahal beda madzhab saja kita boleh,” kata Arsul Sani yang anggota DPR RI itu sembari tertawa.

Baca Juga: Yusuf Rio Wahyu Prayogo-Ulfiyah Daftar ke KPU Situbondo

Dalam diskusi yang dimoderatori Abdi Kurnia itu, Arsul Sani mengingatkan pelajaran politik dari . Ia mengaku pernah diajari langsung oleh bagaimana seharusnya berpolitik. “Kata kepada saya, Mas kalau masuk politik, masuk dari telinga kanan, masuk dari telinga kiri, lalu diolah di otak, lalu turun ke leher saja. Tidak usah sampai ke hati,” kata Arsul.

Dengan demikian, kata Arsul, jika ada perselisihan, mudah diselesaikan. “Kita tidak usah fanatik dan bertengkar habis-habisan,” pinta Arsul.

Ia juga mengungkap tentang keteladanan KH Hasyim Muzadi dalam berpolitik. Menurut dia, Kiai Hasyim Muzadi sangat terbuka dan menerima semua orang, dari partai politik apapun. “Padahal secara pribadi, Kiai Hasyim pasti punya preferensi sendiri. Tapi tetap terbuka kepada semua orang,” kata Arsul.

Baca Juga: Bambang-Bayu Daftar ke KPU Kota Blitar Diantar Kesenian Bantengan

Ia kemudian memberi contoh dirinya sendiri sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Kiai Ma’ruf saat pilpres. Menurut dia, pihaknya kepada tim Prabowo-Sandi menjelaskan tentang kultur politik yang seharusnya dikembangkan agar tidak terlalu fanatik dan perselisihan mudah diselesaikan.

Begitu juga dengan PKB. Menurut Arsul, selalu tegang jika berhadapan dengan PKB. Tapi ketika menyangkut kepentingan bersama, seperti memperjuangkan lembaga pendidikan Islam dan pesantren, dan PKB bisa bersama.

Ia mengaku selalu berpesan kepada pengurus agar tidak bermusuhan dengan PKB. “Wong podho NU-ne,” katanya. Menurut dia, perbedaan dalam politik itu biasa, karena itu jangan sampai menegasikan persamaan yang harus dibangun.

Baca Juga: PPP Deklarasi Dukungan ke Dhito-Dewi, Gus Makmun: Kita Dukung untuk Kebermanfaatan NU

Selain Arsul Sani yang jadi pembicara, juga Endang Turmudzi, mantan Sekjen PBNU. (mma) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pasangan Edi Hadiyanto Daftar Bacakada Situbondo ke PPP':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO