Sejumlah Waduk di Bojonegoro Rusak Parah

Sejumlah Waduk di Bojonegoro Rusak Parah RUSAK: Waduk Sonorejo di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Bojonegoro kondisinya memprihatinkan. Pemkab tidak memperbaikinya malah membuat waduk lain dengan anggaran selangit. Foto: Eky Nurhadi/BangsaOnline

BOJONEGORO (BangsaOnline) - Bangunan Waduk Sonorejo di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro kondisinya memprihatinkan. Bangunan penampang air seluas dua hektare itu rusak dan ambrol di beberapa titik. Namun hingga kini kondisi fisik waduk yang rusak itu tak diperbaiki.

Bangunan penampang Waduk Sonorejo itu dibuat dari beton. Namun, di beberapa titik bangunan di sebelah timur terlihat ambrol dan merekah. Material seperti batu dan pasir terlihat berserakan dan luruh ke bawah ke dasar waduk.

Menurut Karmadi (56), pengurus Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Desa Sonorejo, bangunan penampung Waduk Sonorejo telah mengalami kerusakan sejak musim kemarau lalu. Namun, bangunan waduk yang rusak itu tak kunjung diperbaiki.

"Padahal fungsi Waduk Sonorejo sangat penting untuk menampung dan menyuplai air bagi areal persawahan seluas 200 hektare," ujarnya, Selasa (27/1/2015).

Waduk lain di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro kondisinya juga memprihatinkan. Waduk yang bernama Blibis itu berada di pinggir hutan. Bangunan pintu air terlihat rusak dan ambrol. Begitu pula saluran pelimpas air terlihat rusak dan tidak berfungsi.

Waduk Blibis seluas dua hektare itu juga mengalami pendangkalan parah. Selama musim hujan ini Waduk Blibis hanya mampu menampung air sedikit. Tumbuhan dan ilalang banyak tumbuh di sekeliling waduk tersebut.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro kini getol ingin membangun Waduk Gongseng di Desa Kedungsari dan Desa Papringan, Kecamatan Temayang. Lokasinya tak jauh dari Waduk Pacal yang sudah dibangun tahun 1933 oleh Pemerintah Belanda.

Sesuai rencana, Waduk Gongseng itu dibangun dengan biaya sekitar Rp 900 miliar dan difungsikan menjadi penopang penyimpanan air di Waduk Pacal yang volumenya berkurang karena pendangkalan.

Data di Dinas Pengairan Bojonegoro menyebutkan, daya tampung Waduk Gonseng diproyeksikan sebanyak 22 juta meter kubik. Sedangkan, daya tampung Waduk Pacal sekarang hanya sekitar 23 juta meter kubik. Padahal, saat pertama dibangun Waduk Pacal bisa menampung air sebanyak 45 juta meter kubik.

Tapi daya tampungnya terus menyusut karena terjadi pendangkalan sekitar 200 ribu meter kubik per tahun. Air dari Waduk Pacal selama ini sudah mengaliri sekitar 12 ribu hektare areal pertanian.

Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, sumber anggaran untuk membangun Waduk Gongseng dari Pemerintah Bojonegoro Rp100 miliar, pemerintah pusat Rp600 miliar, dan sisanya dianggarkan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Perencanaannya sudah matang," ujarnya usai panen raya di Desa Kedungarum, Kecamatan Kanor beberapa waktu lalu.

Waduk Gongseng yang disosialisasikan pada 2012 telah memasuki tahap pembangunan awal. Sedangkan untuk pembebasan lahannya, juga sudah hampir rampung. Terutama di beberapa desa di Kecamatan Temayang seperti Desa Kedungsari dan Desa Papringan.

Memang, wilayah Bojonegoro terutama di bagian selatan dikenal sebagai daerah kering. Daerah ini sebagaian berada di dataran tinggi seperti di Kecamatan Temayang, Gondang, dan Sekar. Musim kemarau menjadi langganan kekeringan sehingga berdampak pada areal pertanian.

Dibuatnya waduk tersebut memang sangat bermanfaat bagi pertanian dan kebutuhan lainnya. Namun, beberapa waduk yang rusak di Bojonegoro tidak diperhatikan dan diperbaiki malah pemkab gencar melakukan pembuatan waduk dengan anggaran miliaran.

Baca Juga: Disnakkan Bojonegoro Pantau Kesehatan Hewan Kurban

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO