JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Reaksi masyarakat – terutama warga NU – terhadap distorsi sejarah dalam softcopy Kamus Sejarah Indonenesia meluas. Pesantren Tebuireng yang secara historis menjadi salah satu markas perjuangan kemerdekaan RI juga menyampaikan sikap tegas.
Di bawah ini rilis Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang diterima BANGSAONLINE.com, Selasa (20/4/2021).
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Berkenaan dengan beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pesantren Tebuireng Jombang merasa perlu menyampaikan sikap sebagai berikut:
1. Naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia, karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama, terutama peran Hadlratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy'ari;
2. Di antara framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama sebagaimana dimaksud dalam butir 1 (satu) di atas adalah tidak adanya lema Nahdlatul Ulama dan KH. Hasyim Asy'ari dalam Jilid I dan Jilid II Kamus Sejarah Indonesia tersebut;
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
3. Jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah, karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut;
4. Sejarah sebuah bangsa sangat penting untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah leluhurnya. Karena itu, penulisan sejarah yang jujur merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa;
5. Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga menjadi koreksi dan refleksi bagi kita semua.
Tebuireng, 20 April 2021
Nur Hidayat
Baca Juga: Mahfud MD Respons Podcast BANGSAONLINE, Kakek Habib Luthfi Bukan Pendiri NU
Humas Pesantren Tebuireng
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News