Gubernur Khofifah Buka Opsi PTM Terbatas, Aktivis Pendidikan Sambut Positif

Gubernur Khofifah Buka Opsi PTM Terbatas, Aktivis Pendidikan Sambut Positif Akhmad Luthfy Ramdhani, M.Pd, Aktivis Pendidikan. foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (ristek) telah menegaskan bahwa kebijakan (PTM) di sekolah masih berlaku di luar wilayah berstatus zona merah risiko Covid-19.

Gayung bersambut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengarahkan pelaksanaan sekolah tatap muka berbasis kecamatan. Jika kecamatan berada di zona merah dan oranye, maka pembelajaran dilaksanakan jarak jauh.

Baca Juga: Dicurhati Pedagang Wonokromo, Khofifah: Pasar Tradisional Harus Tersentuh Digitalisasi

Tetapi, yang zona kecamatannya sudah warna kuning dan hijau maka diperbolehkan melaksanakan terbatas. Untuk zona kuning yang ikut adalah 25 persen dari kapasitas kelas. Kemudian untuk yang zona hijau 50 persen dari kapasitas kelas. Pembatasan juga berlaku dalam hal durasi pembelajaran, yaitu hanya 2 jam per hari.

Kebijakan ini memantik respons positif publik, di antaranya aktivis pendidikan, Akhmad Luthfy Ramadhani, M.Pd. Menurut dosen STAISAM Pungging Mojokerto ini, PTM bisa dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat.

“Salut dengan Ibu Khofifah yang tak berhenti menyuarakan suara hati masyarakat tentang pendidikan. Karena memang sekolah tatap muka dengan tetap menjalankan prokes ketat, adalah kebutuhan. Ada banyak faktor yang menjadi tatap muka jauh lebih dibutuhkan dan tidak perlu diperdebatkan lagi," tutur Luthfy, Kamis (24/6/2021).

Baca Juga: HUT Ke-79, Khofifah: Profesionalisme TNI dalam Menjaga Proses Demokrasi RI Teruji dan Terbukti

Lebih lanjut, Luthfy menjelaskan beberapa alasan yang menyebabkan PTM harus segera dijalankan. Di antaranya adalah efektivitas pembelajaran, mendorong siswa agar fokus belajar, membantu siswa mengejar ketinggalan, mengurangi ancaman putus sekolah, menekan angka kekerasan pada anak, dan mengurangi tekanan psikososial.

“Selain itu, minimnya interaksi sosial dengan guru, teman serta lingkungan. Di sisi lain terdapat tekanan pembelajaran jarak jauh, sangat berpotensi menyebabkan anak stres. Akhirnya banyak anak yang cuek dengan tugasnya karena jenuh dan tidak paham materi pembelajaran," urainya.

Sementara itu, praktisi pendidikan, Dr. Lia Istifhama, juga menjelaskan sekolah tatap muka dibutuhkan untuk penguatan aspek kognitif dan character building anak didik, terutama tingkat PAUD, TK, SD, dan SMP.

Baca Juga: Hari Batik Nasional 2024: Khofifah Ajak Masyarakat Bangga Berbatik

Menurut perempuan yang akrab disapa Ning Lia ini. konsep PTM terbatas sudah sangat bijak, karena memperhatikan kondisi Covid-19 di wilayah tertentu. Jadi ini bisa direlevansikan dengan otonomi daerah.

"Di mana dalam hal ini, tidak semua daerah positivity rate-nya sama. Bahkan kalau bicara detail, PPKM Mikro yang berlaku sejak Februari 2021 di beberapa wilayah, tentunya bisa menemukan data yang detail dan komprehensif. RT RW mana yang mengalami lonjakan, mana yang menurun hingga menjadi zona hijau, dan sebagainya. Jadi memang setiap wilayah tidak bisa disamaratakan. Jangan digeneralisasikan," katanya.

“Mari kita kaji ilmiah mengapa sekolah tatap muka penting. Sama halnya mengapa masker penting kita gunakan saat ini," pungkas Lia. (mdr/ian)

Baca Juga: Hari Perdamaian Internasional, Khofifah Ajak Semua Pihak Terus Serukan Perdamaian di Palestina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Emak-emak di Surabaya Kecewa Tak Bisa Foto Bareng Jokowi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO