Misteri Pemimpin Tertinggi Taliban, Hibatullah ​Akhundzada, Terbunuh?

Misteri Pemimpin Tertinggi Taliban, Hibatullah ​Akhundzada, Terbunuh? Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Meski Taliban sudah menguasai Afghanistan, tapi hingga kini pemimpin tertinggi mereka, Mawlawi Hibatullah Akhundzada, masih misteri. Belum pernah muncul ke publik. Juga belum pernah memberikan arahan secara terbuka.

Benarkah ia terbunuh? Tulisan wartawan terkemuka, Dahlan Iskan, di Disway pagi ini, Senin, 30 Agustus 2021, menarik dicermati. Di bawah BANGSAONLINE.com menurunkannya secara lengkap. Selamat membaca:

Baca Juga: Kesemek Glowing asal Kota Batu, Mulai Diminati Masyarakat Indonesia Hingga Mancanegara

Besok adalah batas waktu yang tidak bisa dimundurkan lagi. Seluruh tentara Amerika harus sudah meninggalkan Afghanistan besok malam

Apa yang akan terjadi besok lusa?

Harapan saya: misteri besar satu ini terungkap. Yakni tampilnya pemimpin tertinggi Taliban yang sebenarnya. Yang selama ini belum pernah muncul. Jangankan sosoknya. Pun suaranya.

Baca Juga: Ratusan Wisudawan Universitas Harvard Walk Out, Protes 13 Mahasiswa Tak Lulus karena Bela Palestina

Itulah ia: Mawlawi Hibatullah Akhundzada. Umur: tidak ada yang tahu. Tempat tinggal: rahasia. Selebihnya: masih misteri.

Setidaknya saya menunggu fatwa apa yang akan diucapkannya. la adalah Rais Syuriah Afghanistan. Di atas pemerintahan. Ia yang akan memberi fatwa. Ke mana arah kebijakan baru Afghanistan 2.0.

Pemimpin tinggi Taliban yang sudah muncul belakangan ini "hanyalah" deputi beliau. "Tapi pers Barat sudah terhipnotis oleh penampilan para pimpinan baru itu. Jangan percaya dulu," ujar Husain Haqqani, 65 tahun.

Baca Juga: Temui Pengusaha di Vietnam, Jokowi Ajak untuk Berinvestasi di IKN

(foto: disway)

Haqqani adalah tokoh Pakistan yang tinggal di Amerika. la pernah menjadi duta besar di PBB dan di beberapa negara. Ia pernah menjadi penasihat dua perdana menteri Pakistan: Nawaz Syarif dan Benazir Bhutto. la mantan aktivis mahasiswa. Juga mantan wartawan. Termasuk pernah meliput perang di Afghanistan untuk media Amerika.

Baca Juga: Jaksa Khusus Kasus Dugaan Korupsi Anak Presiden

Tapi kita juga tidak bisa percaya Haqqani sepenuhnya: ia terlalu dibenci kalangan intelijen Pakistan. la dianggap terlalu membela kepentingan Amerika.

"Taliban tetap Taliban," katanya. "Semoderatmoderat Taliban tetap akan represif. Terutama terhadap wanita," tambahnya.

Haqqani memang agak heran atas sikap baru para pemimpin tinggi Taliban. Yang terlihat begitu moderat. Yang kok bersedia tampil di depan konferensi pers. Yang kok mau diwawancarai live oleh TV dengan Pewawancara wartawan Barat.

Baca Juga: Amerika Bentuk Mujahidin, Putin pun Tunjuk Si Rambut Putih Komandan Perang

"Tapi ingat. Mereka bukan pemimpin tertinggi Taliban. Jangan tergiur oleh mereka yang punya kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Inggris," katanya.

Sang pemimpin tertinggi, Hibatullah Akhundzada, masih gaib. la pemimpin tertinggi ketiga dalam sejarah Taliban. la menggantikan Akhtar Mansour yang tewas oleh serangan Amerika.

Itu yang tidak boleh lagi terjadi pada Akhundzada. Keberadaannya harus dirahasiakan berlapis-lapis. Apalagi dua tahun lalu ada rumor kuat: ia terbunuh di Pakistan.

Baca Juga: Hebatnya Jurnalisme The New York Times dalam Tragedi Titan

Memang sudah dua kali Akhundzada jadi sasaran pembunuhan. Pertama tahun 2012, ketika berada di "persembunyiannya" di Quetta. Itu adalah ibu kota Provinsi Balochistan, yang termiskin di Pakistan. Yakni yang berbatasan dengan Kandahar, Afghanistan. Baik yang di sisi Pakistan maupun yang di sisi Afghanistan samasama berpenduduk suku Pastun. Persaudaraan sesama Pastunnya mengalahkan batas negara.

Boleh dikata di Quetta itulah Akhundzada bersembunyi di tempat terang. Ia diterima di Quetta sebagai pemimpin agama setempat yang dihormati. Ia diminta menjadi pemimpin lembaga pendidikan yang memiliki banyak madrasah. Bagaimana bisa ulama asing bisa diterima begitu dalam di Pakistan kalau tidak benar-benar istimewa.

Di Quetta itu, seseorang berdiri di tengah peserta pengajian Akhundzada. Mengacungkan pistol. Dari jarak dekat. Tidak terdengar bunyi dor. Pistol macet. Pemegang pistol segera diringkus oleh pengawal Akhundzada.

Baca Juga: Korupsi Rp 1 Triliun, Tangan Ketua DPRD Diborgol

Yang kedua terjadi persis dua tahun lalu. Tepatnya 16 Agustus 2019. Sebuah ledakan besar meletus di masjid tepat setelah salat Jumat. Juga di Provinsi Balochistan, Pakistan. Yang hampir separo penduduknya suku Pastun.

Akhundzada selamat. Tapi saudara kandungnya, Hafiz Ahmadullah, tewas. Hafiz juga mengakar di wilayah Pakistan. la menggantikan kakaknya sebagai pimpinan madrasah di Pakistan itu. Yakni ketika sang kakak diangkat menjadi pemimpin tertinggi Taliban di tahun 2016.

Ketika bom itu meledak, Akhundzada baru berhasil memimpin penumpasan kelompok "Negara Islam Iraq" (bagian dari ISIS) di Afghanistan Timur.

Baca Juga: Arab Saudi-Iran Rukun Lagi, Kini Sama Pro China, Tinggalkan Amerika?

Jadi, kalau Taliban 2.0 menyatakan anti ISIS tampaknya bukan sikap baru. Pemimpin mereka memimpin sendiri penumpasan basis ISIS. Dan ia sendiri nyaris jadi korban bom ISIS.

Apakah Akhundzada benar-benar masih hidup? Pers Barat sendiri masih yakin Akhundzada masih hidup. Bahkan sudah menyeberangi perbatasan Pakistan. Sudah menuju Kandahar, "ibu kota" Taliban. Di Kandahar, Akhundzada bermarkas di suatu tempat rahasia.

Reputasi Taliban dalam menyembunyikan pemimpin tertinggi mereka sudah terkenal. Misalnya saat pemimpin tertinggi Taliban pertama, Mohammed Omar, meninggal dunia. Akibat TBC menahun. Publik baru tahu dua tahun kemudian. Tempat meninggalnya di sebuah rumah sangat miskin di sebuah gunung terpencil.

Besok atau lusa adalah hari penantian yang panjang. Taliban sendiri memang tidak menyangka begitu cepat menguasai Kabul. Menurut rencana, mereka hanya akan bertahan di luar kota Kabul. Lalu mengirim juru runding. Untuk menemui pemerintah. Mereka akan menegosiasikan kekuasaan.

Ternyata Kabul ditinggalkan begitu saja oleh pemerintahnya. Taliban sampai terkaget-kaget, seperti yang terungkap di pers konferensi mereka.

Amerika sendiri juga kaget. Evakuasi belum dimulai. Semua panik. Berbondong menuju bandara. Kacau.

Akhirnya berhasil bersepakat dengan Taliban. Bagi tugas. Keamanan di dalam bandara menjadi tanggung jawab Amerika. Di luar bandara wewenang Taliban. Begitu longgarnya pengamanan. Sampai terjadi peristiwa bom bunuh diri di bandara itu tiga hari lalu: 170 orang tewas. Luar biasa. Pelakunya ISIS yang bermarkas di Afghanistan. Amerika berduka. Taliban berduka. Kita semua berduka.

Besok adalah genap 2 minggu Taliban kembali menguasai Afghanistan. Arah pemerintahan belum jelas. Semua menunggu selesainya penarikan mundur semua kekuatan asing besok malam.

Lusa adalah tanda tanya.

Kecuali tiba-tiba Akhundzada muncul untuk memberikan fatwanya. Setidaknya lewat suaranya. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO