Dewan Jatim Sesalkan Penutupan Dua Pabrik SKT Sampoerna
Editor: rosihan c anwar
Wartawan: diday rosadi
Minggu, 18 Mei 2014 22:07 WIB
SURABAYA (bangsaonline) - Langkah PT HM Sampoerna yang menutup paksa dua pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) milik mereka di Lumajang dan Jember karena terus menurun pangsa pasar akibattekanan asing lewat wacana aksesi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control ) sangat disesalkan Komisi B DPRD Jatim. Padahal SKT merupakan karya budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan keberadaannya.
Ketua Komisi B DPRD Jatim, Agus Dono menegaskan sejak awal pihaknya sudah memprediksikan akan banyak pabrik rokok yang akan rontok akibat kebijakan pusat yang mengikuti aksesi FCTC. Dimana dalam wacana tersebut seluruh pabrik rokok dilarang menggunakan tembakau lokal dengan alasan mengandung Tar tinggi. Padahal sejujurnya banyak tekhnologi canggih yang bisa mengubah tar tinggi menjadi rendah.
"Jujur di Indonesia banyak orang pintar, mengapa kita tidak menggunakan mereka untuk menciptakan tekhnologi yang mengatur Tar tinggi menjadi rendah. Karena itu saya sejak awal minta kepada Presiden untuk tidakmenandatangani aksesi FCTC karena bisa membunuh ratusan ribu petani dan tenaga kerja. Dan itu sudah terbukti dengan PT HM Sampoerna yang telah menutup usaha SKT-nyadi Lumajang dan Jember," ujar Agus Dono, Minggu (17/5/2014).
BACA JUGA:
Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Pemkot Batu Gandeng Yayasan Putera Sampoerna Foundation
Resmikan MPS Dander di Bojonegoro, Gubernur Khofifah Paparkan Solusi di Era Industri Digital
Warga Kedungringin Pasuruan Wadul ke Kades Imbas Pabrik Sorini Kumat Bikin Polusi
Bupati Kediri Buka Peluang Pertukaran Pelajar dan Beasiswa untuk Boarding School
Namun terlepas dari itu, politisi Partai Demokrat itu tak menutup mata terhadap kontribusi PT HM Sampoerna yang telah menyumbang investasi besar di Jatim lewat cukai. Termasuk memberikan pelatihan pada karyawan yang terkena PHK. Dengan begitu mereka masih memiliki harapan kerja. Apalagi ini mendekati Hari Raya Idul Fitri tentunya mereka sangat butuh uang untuk membeli baju untuk anak istri mereka.
"Yang terpenting, nasib pekerja jangan diabaikan. Harus ada pelatihan ketrampilan sebelum mereka di PHK perusahaan," tandas politisi asal kota Malang itu.
Terpisah, Maharani Subandhi, Sekretaris Perusahaan Sampoerna, menyatakan, kesadaran ini pula yang mendasari kebijakan Sampoerna untuk tak begitu saja melepaskan karyawannya berhenti dari pabrik yang direstrukturisasi.Bagaimanapun, keberlangsungan kehidupan mereka harus dipikirkan. Maka, perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan di kedua pabrik; Jember dan Lumajang, untuk mengikuti program pelatihan kewirausahan.