Sumamburat: Presidenku Itu dari Kotaku | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sumamburat: Presidenku Itu dari Kotaku

Editor: Redaksi
Wartawan: --
Rabu, 26 September 2018 01:29 WIB

Dr H Suparto Wijoyo.

UCLG Aspaclaksana jangkar legitimasipembangunan Surabayayang berbasis sustainable development. Nilai-nilai keseimbangan sosial-ekonomi-ekologidiwujudkandengan “menyihir” zona kotasebagai tempat berkonvergensinya segenap kepentingan sebagaimana dituangkan dalam agenda SDGs (Sustainable Development Goals).Di Surabaya, 70-75% warganya memiliki akses air bersih, 15% bahkan sangat bersih, meski sekitar 5-15% secara akumulatif ada yang belum menikmatinya. Ini tentu menjadi “ingatan”Presiden UCLG Aspac agar semua wargamendapatkan haknya.

Suasana kebatinan warga Kota Surabaya dalam menyambut UCLG Aspacsangat bervariasi dengan beragam kegiatan, bahkan terawangkomunitasnya dapat berkelana menelusuri pesona kanal-kanal di Belanda, Inggris maupun Sungai Seine di Paris.Melihat lampion yang saat ini bergelantungan di Kalimas, imaji pengunjungnya (meski tanpa lampion) bergerak ke sepanjang aliran Sungai Seine di Paris. Di rute ekologisSungai Seine berjajar sekitar 38 tempat wisata yang dapat dinikmati para pelancong.Pancaran pesona kota Paris terbangun dari bentuk integralistik “jalan” dan “sungai” yang didesain nyawiji (menyatu).

Surabaya memiliki pesona itu melalui Kalimas, bahkan Kali Surabaya di arah Barat. Kalimas secara organis berkelok jenialdan kekayaan naturalis yang abadi. Situs geografis-ekologis Kalimas memiliki padanan potensial dengan rute alur Sungai Seine di Paris. Kalimas adalah “air susu peradaban“yang dapat menyejahterakan warga Kota Surabaya. Ke depan patut dipikirkan agar areal Jembatan Wonokromo diposisikan sebagai “stasiun induk” transportasi perairan yang disebar ke Kali Surabaya dan Kalimas.Para penikmat Kalimas yang mengambil start di Wonokromo akan meluncur menelusuri kawasan Ngagel dan dibangunlah “zona transit” di Gubeng Pojok. Di kawasan ini para pengguna “bemo air” sudah dapat menyaksikan situasi nyata kehidupan Dinoyo, Kayun dan berujung di “serambi” Gedung NegaraGrahadi maupun Balai Kota. Perjalanan dapat dilanjutkan dengan “menapaki” Ketabang Kali, Genteng sampai di Semut. Penelusuran heroik dilakukan dengan menjelajahi jazirah Jembatan Merah yang secara historis paling fenomenal bagi arek-arek Suroboyo.Napak tilas dapat dilanjutkan sampai berakhir di kawasan Tanjung Perak. Begitu sebaliknya.Ibu Presiden, akankah berpaling ke Sungai, atau terus merindu Trem yang mengingatkan era kolonialis itu?

*Dr H Suparto Wijoyo: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum, Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Sekretaris Badan Pertimbangan Fakultas Hukum Universitas Airlangga serta Ketua Pusat Kajian Mitra Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video