Menikmati Aura Mistis Museum Sejarah dan Budaya Unair, Selain Keris Joko Tingkir, ini Koleksinya
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Yudi Arianto
Jumat, 16 Oktober 2020 22:11 WIB
(Edy menunjukkan naskah kuno tentang wayang dalam bahasa jawa)
Bentuk Museum Mini Sejarah Unair ini tak jauh beda dengan ruang dosen lainnya. Hanya yang membedakan adalah tulisan "Museum Sejarah dan Budaya" yang tertera di atas pintu masuk. Museum mini berukuran sekitar 8 x 8 meter persegi yang berlokasi di lantai 2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) ini terbagi menjadi dua bagian.
"Bagian pertama merupakan ruangan untuk menyimpan buku-buku serta naskah-naskah kuno. Sedangkan bagian kedua berisi benda-benda berharga dan bersejarah. Pandangan pertama yang menarik perhatian ketika kita masuk ke dalam ruangan kedua adalah koleksi foto-foto surabaya sejak masa kolonial Belanda," jelas Edy.
"Termasuk sejumlah keramik dari Dinasti Ming yang terdiri dari mangkok, vas bunga, piring, pinggan, dan lain-lain, juga berada di ruang dua museum," sambungnya.
Terkait sejumlah keramik dari Dinasti Ming, Edy mengungkapkan bahwa barang-barang langka tersebut merupakan hibah dari Aminuddin, seorang kolektor benda-benda kuno dari Jakarta. Barang tersebut merupakan aset penting yang dimiliki Museum Sejarah dan Budaya Unair.
Karena keramik dari Dinasti Ming ini barang hibah, maka dilengkapi dengan otentisitasnya berupa sertifikat yang ditandatangani oleh Prof Abu Ridho Sumoatmojo, ahli keramik dan Kurator Museum Nasional Jakarta.
"Keramik itu kan banyak pabriknya, ada yang lokal, tiruan, dan sebagainya. Nah, untuk membuktikan bahwa keramik tersebut asli, maka dikuatkan dengan adanya sertifikat," ungkap Edy.
Sedangkan Aminuddin, seorang kolektor benda-benda bersejarah yang menghibahkan keramik dari Dinasti Ming tersebut merupakan Asisten Kurator Profesor Abu Ridho (Assistant Curator of National Archaeology Art and Culture Foundation). Ia juga ikut menandatangani sertifikat keotentikan keramik langka tersebut.
"Beliau (Aminuddin) itu memang seorang kolektor yang mempunyai koleksi barang langka yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan di rumahnya itu juga banyak sekali (benda-benda bersejarah). Ia menjadi seorang yang kaya raya itu karena koleksi-koleksinya," bebernya.
Berbicara tentang sertifikat benda-benda kuno, Edy menjelaskan bahwa berdasarkan dari pengalaman seorang Aminuddin, jika di luar negeri bisa dipakai sebagai agunan/jaminan seperti layaknya setifikat rumah. Tetapi, di Indonesia hal tersebut masih belum lazim.
"Padahal, kalau kita lihat bahwa koleksi barang-barang museum itu kan betul-betul memiliki nominal yang tinggi hingga ratusan juta bahkan sampai miliaran rupiah. Contoh salah satu lukisan karya Affandi yang dihargai oleh kolektur di luar negeri hingga Rp 5 miliar," ungkapnya.
Menjadi Bagian dari Museum-museum di Indonesia
Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan oleh Museum Sejarah dan Budaya Unair pasca peresmiannya oleh Pembantu Rektor IV Universitas Airlangga Prof Dr Amin pada 26 Desember 2016 lalu. Meliputi, pameran Museum Sejarah dan Budaya dalam rangka menyambut Dies Natalis Prodi Ilmu Sejarah, serta menggelar pameran di Museum Mpu Tantular pada Oktober 2017.
Kemudian, ada beberapa kunjungan ke museum mulai dari Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, kunjungan dari siswa-siswi SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, hingga masyarakat umum di Surabaya dan sekitarnya.
Termasuk ada kunjungan dari mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU), mahasiswa Brunei Darussalam tahun 2018, Prof Aiko Kurasawa, Sejarawan dari Keio University Jepang, Mitsuko Nanke dari Hitobashi University Jepang tahun 2017.
Edy mengatakan, Museum Sejarah dan Budaya dibuka untuk umum pada jam kerja. Berhubung masa pandemi covid-19, untuk sementara museum masih ditutup mengikuti jadwal Unair yang masih belum membolehkan belajar/kuliah tatap muka.
Ia juga mempersilakan bagi siapa saja yang mempunyai koleksi (para kolektor) tentang benda-benda warisan budaya untuk menyumbangkannya ke Museum Sejarah dan Budaya ini.
Dalam perkembangannya, Museum Sejarah dan Budaya yang kehadirannnya melengkapi keberadaan Museum Etnografi Unair ini, telah masuk ke dalam daftar nama-nama museum yang ada di Indonesia. Yakni, IUMAC (Indonesian University Museums and Collections). IUMAC merupakan wadah, lembaga, badan, atau organisasi museum-museum perguruan tinggi di Indonesia.
Sedangkan untuk organisasi dunianya yakni UMAC (University Museums and Collections) di bawah ICOM (International Council of Museums) UNESCO World Heritage. Nah, untuk bergabung ke UMAC, maka syaratnya harus membentuk wadah IUMAC terlebih dahulu.
Namun sayangnya, keberadaan museum masih cukup terabaikan dan belum mendapat perhatian yang serius dari pihak universitas. Edy berharap ke depan, bisa memiliki gedung sendiri karena saat ini tempat museum baru berupa sebuah ruangan. Pengelolaan museum perlu biaya perawatan dan pengembangan. Karena museum masih di bawah Departemen Ilmu Sejarah, sehingga belum ada dana tersendiri.
"Tapi paling tidak, keberadaannya sudah menjadi representasi sebuah museum di Program Studi Ilmu Sejarah. Saya kira penting Prodi Ilmu Sejarah memiliki sebuah museum untuk sarana pembelajaran para mahasiswa," pungkas Edy. (ian/rev)