Pakai Dana Pribadi, Pemuda Bangkalan Ini Dirikan Museum Mata Uang Dunia Pertama di Madura | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Pakai Dana Pribadi, Pemuda Bangkalan Ini Dirikan Museum Mata Uang Dunia Pertama di Madura

Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: Subaidah
Kamis, 14 Januari 2021 16:57 WIB

Museum Perusnia milik Salman Alrosyid. (foto: ist)

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Salman Alrosyid, pemuda asal Kabupaten ini kini mulai dikenal masyarakat sebagai kolektor uang mancanegara. Mengoleksi mata uang sudah digemarinya sekitar 13 tahun yang lalu saat usianya masih 7 tahun.

Tak hanya itu, Salman yang kini masih duduk di kelas 3 SMA ini juga telah mendirikan Museum Perusnia. Ini merupakan perkembangan uang dalam sejarah dunia yang didirikan Salman sendiri pada 2 Januari 2021.

Sebagai kolektor mata uang mancanegara termuda, pada tahun 2019 Salman mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai kolektor uang terbanyak, yakni 2.300 mata uang yang terdiri dari 1.000 lembar dan 1.300 keping dari 154 negara yang ada di dunia.

Salman menjelaskan bahwa ketertarikannya terhadap mata uang mancanegara ini dialaminya sejak 6 Januari 2008. Hal itu terjadi ketika dirinya merasa tidak memiliki teman karena keadaan yang dimilikinya.

"Saya terlahir disleksia, jadi dahulu jarang ada yang mau berteman dengan saya. Karena banyak waktu sendiri, pada 6 Januari saya menemukan uang koin Nederlandsch-Indie 1923 pecahan 5 sen yang waktu itu bahannya nikel. Bentuknya lingkaran, di tengahnya ada lubangnya," kata Salman saat menjelaskan lengkap awal ketertarikannya terhadap mata uang.

"Sejak saat itu, saya menjadi tertarik dan penasaran dengan mata uang-mata uang yang ada di negara lainnya," tambahnya saat dijumpai di Museum Perusnia miliknya di Jl. K.H. Moh. Kholil Gg. IX No. 36 RW 1, Demangan Timur, , Senin (14/1/2021).

Adapun untuk mendapatkan beragam uang mancanegara tersebut, Salman mengaku harus menyisihkan uang jajan yang diberikan orang tuanya.

"Saya sisihkan uang jajan dan uang dari sisa beasiswa yang saya dapatkan. Entah kenapa saya lebih senang uang saya habis untuk melengkapi koleksi mata uang ini daripada harus membeli mainan seperti anak lainnya," ungkapnya sambil tersenyum.

Selain menjadi tempat hiburan, adanya ini diharapkan Salman bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sejarah mata uang. Terutama anak milenial agar tidak terpaku terhadap game.

"Karena kolektor itu tidak hanya mengoleksi, tapi memahami mata uang yang dikumpulkannya, dan target saya di tiga tahun ke depan saya bisa memiliki seluruh mata uang di seluruh dunia," tegasnya.

Sementara itu, Mual Farid, Ayah Salman mengaku bangga atas hobi yang dimiliki oleh putra bungsunya tersebut. Dirinya berharap ada dukungan dari pemerintah atau lembaga swasta mana pun untuk mengapresiasi karya anaknya ini.

"Kami terbuka dan menerima jika ada bantuan. Karena ini dibangun menggunakan dana pribadi dan kami tidak ada tarif bagi masyarakat yang berkunjung. Tapi yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa teredukasi dengan adanya ini," pungkasnya. (ida/uzi/zar)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video