Polemik Sistem Proporsional Tertutup dan Terbuka dalam Pemilu, Simak Kelebihan dan Kekurangannya

Polemik Sistem Proporsional Tertutup dan Terbuka dalam Pemilu, Simak Kelebihan dan Kekurangannya Polemik Sistem Proporsional Tertutup dan Terbuka dalam Pemilu, Simak Kelebihan dan Kekurangannya. Foto: Ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sistem pemilihan umum (pemilu) yang terdiri atas sistem proporsional tertutup dan terbuka tengah menjadi pembicaraan dalam ranah publik. Penyelenggaraan kedua sistem ini sangat berbeda dan memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing.

Pertemuan Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat) dan Puan Maharani () pada Minggu (18/6/2023) menandai kian intensnya manuver politik yang dilakukan oleh partai politik jelang . Manuver politik bukanlah hal baru dalam masa-masa menjelang pemilu. Hal itu dikarenakan sejak pemilu 1955 telah diwarnai banyak manuver sebelum penyelenggaraannya.

Dalam pelaksaan pemilu dibutuhkan suatu sistem yang menjadi landasan terselenggaranya pemilu tersebut.

Sistem proporsional tertutup merupakan sistem pemilu yang memungkinkan rakyat untuk memilih partai, sehingga tidak bisa memilih secara mandiri wakil rakyat. Adapun sistem proporsional terbuka ialah sistem pemilu yang memungkinkan rakyat untuk memilih beberapa wakil rakyat di suatu daerah pemilihan (dapil) yang merupakan anggota partai politik.

Sistem proporsional tertutup digunakan pada pemilu perdana tahun 1955. Sedangkan sistem proporsional terbuka diberlakukan sejak era reformasi.

Berdasarkan buku karya Abdul Hakam yang berjudul Buku Hukum Pemilu di Indonesia, berikut :

1. Rakyat dapat langsung memilih calon yang akan duduk di parlemen untuk dapat mewakili aspirasinya

2. Partisipasi serta kendali masyarakat menjadi tinggi, sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja partai dan parlemen

3. Sistem ini menjadi bentuk kemajuan dalam berdemokrasi

Kekurangan sistem proporsional terbuka:

1. Melahirkan wakil rakyat yang belum teruji dan sebagian bukan dari kader terbaik pada suatu partai

2. Secara realitas rakyat menjadi mengabaikan kapasitas dan hanya memilih calon yang bermodal atau berduit

3. Peluang terjadinya politik uang sangat tinggi

4. Perhitungan hasil pemilu tergolong rumit

5. Biaya pemilu menjadi sangat besar

Lihat juga video 'Kembalikan Formulir Bacabup ke PDIP Situbondo, Rio Patennang Berharap Wakilnya dari PDIP':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO