Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemprov Jatim mengambil peran untuk menyediakan ekosistem yang bisa mewadahi para siswa untuk bisa mengekspresikan lebih luas, lebih bermanfaat, lebih hebat, dan lebih maju. Salah satu wujud konkretnya ialah dengan menyediakan beasiswa pendidikan setiap tahunnya.
Tahun ini, Pemprov Jatim mengalokasikan beasiswa untuk 535 mahasiswa di 39 PTKI / Ma’had Aly / Universitas Al Azhar Mesir yang menjadi penerima beasiswa. Rinciannya yaitu 285 mahasiswa dari 19 Ma’had Aly, 60 mahasiswa S1 dari 4 PTKI, 120 mahasiswa S2 dari 12 PTKI, 40 mahasiswa S3 dari 4 PTKI, dan 30 mahasiswa S1 Universitas Al Azhar Mesir.
“Jawa Timur adalah pusatnya pesantren. Oleh karena itu penguatan manajemen di pesantren termasuk adalah mereka-mereka yang memiliki kedalaman keilmuan agama yang luar biasa itu harus mendapatkan keberimbangan secara keilmuan non Pesantren. Sehingga kekuatan ini menyatu sebagai ekosistem pendorong kemajuan Jawa Timur dan bangsa Indonesia,” urai Khofifah.
“Sehingga manajemen di pesantren akan lebih advance lagi dan tentu metodologi pembelajaran, kemudian jejaring ekonomi, budaya serta pendidikan juga bisa lebih advance lagi,” imbuh penerima Honorary Award for Global dari Minhaj Foundation International ini.
Lebih lanjut, Khofifah mengungkapkan alasan dipilihnya Universitas Al Azhar Mesir menjadi sasaran program beasiswa ini. Hal ini karena Grand Syeikh Al Azhar selalu menekankan nilai kerukunan dan kedamaian kepada mahasiswa-mahasiswanya.
“Selalu nasehatnya damai dan rukun. Itu menjadi penting sebab Indonesia dengan keberagaman yang luar biasa membutuhkan kerukunan dan kedamaian itu,” katanya.
Sementara itu, Ketua LPPD Prof. Dr. KH. Abd Chalim Soebahar menyampaikan bahwa dalam kurun waktu 2019 – 2023 total terdapat 4.860 mahasiswa yang telah mendapat manfaat program beasiswa ini. Kemudian terdapat 116 PTKI / Ma’had Aly / Universitas Al Azhar Mesir yang telah menjalin kemitraan dengan Pemprov Jatim melalui program beasiswa ini.
"Program beasiswa terutama pendidikan S1 Universitas Al Azhar Mesir memiliki tantangan tersendiri. Angkatan pertama dan kedua dulu hampir tidak berangkat karena kendala keterlambatan visa. Angkatan ketiga tahun ini juga hampir tidak berangkat karena menunggu rekom dari Kemenag RI. Kami hampir saja putus asa,” ungkapnya. (dev/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News