Prahara paha inilah yang sedang ramai dibincang karena “selonjor” di tahapan pilgub Jatim. Apakah “cahaya paha” yang diunggah dan viral itu sebuah realitas atau imaji yang dikreasi, secara yuridis masih sangat sumir. Tetapi keputusan politik yang diambil “pemeran utama” untuk mundur dari pencalonan sebagai wakil gubernur adalah fakta yang “dirilis publiknya” bersentuhan dengan “opera brilaj femuroj”yang dipanggungkan gerilyawan politik pilgub.
Inilah ganasnya pilgub Jatim yang menggelindingkan persepsi. Dalam hening di kala ramai,sepenggal puisiHermann Hesse (1877-1962yang ditulis pada 1962,sastrawan besar yang lahir di Jerman dan meninggal di Swiss, dalam editan Berthold Damshauser-Agus R. Sarjono (2015), dapat menjadi pengingat:
Zauber aus sterbendem Licht
Gluck wie Musik zeronnen
Schmerz inm Madonnengesicht
Daseins bittere Wonnen
Pesona cahaya nan sirna
Bahagia susut bagai nyanyian
Duka nyeri di wajah Madonna
Nikmat pahit kehadiran.
*Penulis merupakan Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News