Sumamburat: Pakde Karwo Setahun Lagi

Sumamburat: Pakde Karwo Setahun Lagi Suparto Wijoyo

Oleh: Suparto Wijoyo*

PILGUB Jatim “airnya kini berombak” sepertahutan kabar yang beredar: PWNU dinilai akrobat dengan tidak “menerima permohonan silaturahmi” Khofifah Indar Parawansa. Sikap telah diambil dan pilihan sudah ditentukan Ketua PWNU Jatim sebagaimana selama ini “dipotret” media: ke mana arah suaranya dilabuhkan?

Hari-hari mendatang tentu mencatat banyak kisah, bagaimana tahta diperebutkan oleh anak-anak NU untuk singgah di Gedung Negara Grahadi. Jabatan Gubernur diburu tanpa ragu dengan mengibarkan panji-panji janji dalam cawan visi-misi. Tanggal coblosan 27 Juni 2018 kian merangsek dalam menyongsong pelantikan Gubernur pada 12 Februari 2019.

Waktu terus bergulir meninggalkan sejarah masa lalunya. Dr. H. Soekarwo adalah Gubernur Jatim pertama yang dipilih secara langsung dalam mekanisme demokrasi 29 Agustus 2008, dan publik Jawa Timur mengenalnya sebagai Pakde Karwo. Beliau dilantik pada 12 Februari 2009 untuk periode kepemimpinan 2009-2014. Pakde Karwo terpilih kembali dalam Pemilihan Kepala Daerah 29 Agustus 2013 dan dilantik menjadi Gubernur Jatim periode kedua pada 12 Februari 2014 untuk masa jabatan 2014-2019.

Kepemimpinan Pakde Karwo terus menjadi perhatian dengan capaian selalu di atas rata-rata nasional. Gaungnya menyebar di Asia dan terpompa merambah dunia internasional. Gemanya semakin kencang meski semua sedang menimbang-nimbang calon pengganti yang berkemampuan membangun Jatim berdaya saing nan berkeadilan. Suatu pembangunan inklusif yang menjadi model fungsional mensejahterakan rakyat: Jatimnomic’s.

Pakde Karwo menerapkan mazhab pembangunan wilayah yang spesial dengan mendapatkan apresiasi akademik berupa raihan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, tanggal 22 Agustus 2015. Pidato penganugerahannya berjudul: Jatimnomics: Sebuah Model Indonesia Incorporated Dalam Menghadapi Era Perdagangan Bebas Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif.

Dengan menggunakan konstruksi Jatimnomics, ternyata kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dapat tercapai lebih optimal daripada pertumbuhan ekonomi nasional, sustainable growth-nya ada pada kisaran range +1%.

Pikiran dasar yang melandasi aliran Jatimnomics secara praksis teringkas bahwa pemerintah wajib melakukan: intervensi terhadap rakyat miskin untuk diberdayakan, yang menengah (UMKM) distimulus agar semakin produktif, dan yang besar difasilitasi dengan governor’s guarantee untuk kemudahan investasi.

Tentu saja hal itu memberikan harapan baru terbangunnya kondisi kehidupan pembangunan masa depan yang lebih baik. Bagi Pakde Karwo, peran negara dengan pemerintahnya sampailah pada perbincangan yang menyentuh economic performance global, regional maupun nasional dan lokal yang diramu sebagai muatan sustainable development.

Pembangunan berkelanjutan menyorongkan pelaksanaan pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa menggerus kepentingan generasi mendatang dengan memadukan pilar ekonomi, sosial dan ekologi secara integral. Dengan konsepsi fundamental demikian, tidak boleh ada rakyat yang tidak “merayakan kue pembangunan”, tidaklah elok ada warga yang tereleminasi dalam pembangunan. Pemerintah hadir melayani semuanya dan bukan menegasikan meski sebagiannya.

Mazhab demikian disodorkan mengingat di ranah pembangunan berkelanjutan terkadang masih terdapat realitas dunia yang senantiasa muncul dalam bentuk disparitas, ketimpangan sosial, sekaligus penggadaian kekayaan alam yang melampaui batas-batas yang bisa ditoleransi. Kondisi ini pasti mengguncang tatanan sosial, ekonomi dan ekologi secara paralel.

Pembangunan berkelanjutan harus mengalami pembenahan di wilayah wacana maupun wujud sebagaimana diusungnya program MDG’s ke arah SDG’s. Kata Roberdt C. Guel, guncangan ekonomi dunia mutakhir terus bersentuhan dengan isu-isu problematika: produksi, pembiayaan, monopoli, kompetisi, ekonomi yang berorientasi profit, gross domestic product, inflation, unemployment, resesi, depresi, aggregate demand and aggregate supply, perdagangan internasional, economic growth and development, natural resources, energy price, sampai pada isu the economics of terrorism dan the economic impact of casino gambling.

Memang dinamika kehidupan perekonomian dunia terbukti menentukan pergerakan ekonomi suatu bangsa, termasuk di Jatim. Dalam deretan masalah demikianlah konstribusi ekonomi Jatim pada perekonomian nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa selalu ditingkatkan. Kinerja ekonomi yang telah dicapai merupakan pijakan yang harus terus diperkokoh dengan melahirkan Jatim sebagai the emerging province yang dapat dikategorisasi turut dalam the emerging and developing economies sebagaimana pernah tumbuh di Eropa.

Peran ini diambil guna menjaga agar suatu negara mampu menjalankan keberadaannya untuk rakyatnya secara adil. Maka tata kelola pemerintahan Jatim wajib tampil dengan membuka ruang sosial yang berkeadilan dalam negara hukum yang menurut UUD 1945 bertugas melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah. Kekayaan alam yang dikuasai negara dipersembahkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Komitmen konstitusional harus diambil dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan poros keseimbangan utama: ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkeadilan. Inilah substansi yang tampak ditawarkan Pakde Karwo sebagai piranti penting pembangunan yang disebut justice development, menyarikan pembangunan yang berkeadilan sebagai bagian dari pengambilan kebijakan negara kesejahteraan.

The great spirit dari Jatimnomic yang usung Pakde Karwo pada ujungnya adalah bentuk membumikan sustainable development yang mengakomodir pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang inklusif, sekaligus berwawasan lingkungan yang adil secara sosial. Inilah fair and justice development.

Pakde Karwo telah menghadirkan Jatimnomics dengan orientasi tunggal pembangunan berkeadilan bagi kesejahteraan rakyat. Siapa yang melanjutkan dan memantapkan langkahnya pasca setahun ini? Terhadap tanda tanya ini, saya bernarasi bahwa Pakde Karwo cukup memberikan sinyal seperti kisah cerpen We Were Just Talking About You (2015) –

“Kami Baru Saja Membicarakanmu”, karya Sergi Pamies, pengarang Spanyol, Penerima Girona Literary Award: “Aku memberikan kepadanya kunci rumah yang biasa kubawa dan berkata agar dia meneleponku jika membutuhkan sesuatu”. Bukankah “kunci rekomendasi” Pakde Karwo telah jelas diberikan kepada siapa?

*Penulis merupakan Kolomnis, Akademisi Fakultas Hukum, dan Koordinator Magister Sains Hukum & Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO