Pemanfaatan Lampu UV untuk Hidroponik Terbukti Tingkatkan Produktivitas Tanaman

Pemanfaatan Lampu UV untuk Hidroponik Terbukti Tingkatkan Produktivitas Tanaman Pemanfaatan sinar UV pada tanaman hidroponik. (foto: ist)

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Teknik menanam dengan media air () saat ini menjadi tren urban farming yang sangat digemari oleh masyarakat. Seiring berkembangnya teknologi di bidang pertanian, saat ini mulai memanfaatkan sinar lampu UV sebagai pengganti cahaya matahari di malam hari.

Pemanfaatan sinar lampu UV terhadap ini bukan tanpa alasan. Hasil penelitian dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung di tahun 2015, menunjukkan pemanfaatan lampu LED pada tanaman selada dengan sistem mendorong pertumbuhan vegetatif terbaik pada tanaman tersebut.

Hal ini juga yang menjadikan para pelaku mulai merambah mengembangkan sistem dengan sinar lampu UV untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Pun peluang ini, juga ditangkap apik oleh program PLN Peduli yang bekerja sama dengan Pusat Pelatihan Pertanian & Pedesaan Swadaya (P4S) Buana Lestari yang berlokasi di Wisata Edukasi Tani Terpadu (WETT) Betet, Desa Betet, Kabupaten Nganjuk.

Wisata edukasi ini, mulai mengembangkan sistem dengan memanfaatkan sinar lampu UV pada akhir tahun 2020.

Ketua Pusat Pelatihan Pertanian & Pedesaan Swadaya (P4S) Jawa Timur Ahmad Syaikhu menyampaikan bahwa edukasi menanam dengan ini sangat digemari oleh masyarakat.

"Dan telah banyak pihak yang menghubungi untuk mempelajari teknik pengairan dan penyinaran lampu UV tersebut," ujarnya.

Sementara itu, Asrori, motor dari program sinar lampu UV di WETT Betet mengungkapkan bahwa teknik dengan memanfaatkan sinar lampu UV sebagai pengganti cahaya matahari di malam hari, membuat pertumbuhan tanaman akan lebih optimal. Ini dikarenakan, tanaman akan tetap berfotosintesis dengan bantuan sinar lampu UV meskipun di malam hari.

“Tanaman sayur organik dengan metode yang memanfaatkan aliran listrik untuk pengairan juga penerangan sinar lampu UV di malam hari, membuat nutrisi yang dibutuhkan tanaman terus terjaga serta mendapatkan cukup sinar selama 24 jam penuh. Dengan sistem pengairan yang stabil dan penerangan dengan lampu UV ini, sayur organik ini dapat dipanen hanya dalam waktu 30-35 hari saja, lebih cepat dari waktu normalnya yakni 45 hari, beratnya pun bisa mencapai 200-250 gram untuk setiap batang tanamannya," terangnya.

"Tentunya lebih berat dari biasa yang biasanya hanya mencapai 150 gram per batang tanamannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa lampu yang digunakan harus lampu khusus yang biasa disebut Grow LED yang memancarkan spektrum cahaya ultraviolet, jarak antarlampu pun harus menyesuaikan, yakni idealnya 1 lampu untuk 2m2 dengan tinggi 150 cm dari tanaman,” sambungnya.

Seiring dengan hal tersebut, Asrori juga menambahkan bahwa dari segi kualitas, tanaman yang menggunakan sistem dengan sinar lampu UV memiliki daun yang lebih cerah, akar yang putih cerah di mana hal ini merupakan indikator bahwa tanaman tersebut sehat.

“Dari segi rasa juga tidak perlu khawatir, karena tidak pahit, ini pun sekaligus aman untuk langsung dikonsumsi,” imbuhnya.

Bukan hanya sekadar urban farming yang aplikatif dan menjadi solusi pertanian di lahan yang terbatas terutama di daerah perkotaan, namun jika ditilik dari segi kalkulator bisnis, sistem dengan sinar lampu UV memberikan prospek yang menjanjikan.

Investasi yang dikeluarkan tergantung dari skala yang dibutuhkan. Untuk skala kecil rumah tangga 40 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit dengan sinar lampu UV sekitar 1,8 juta rupiah dengan biaya operasional setiap kali tanam hanya sebesar 100 ribu rupiah.

Berat hasil panen untuk setiap lubang berkisar di angka 200-250 gram. Artinya, untuk 40 lubang pelaku dengan sinar lampu UV dapat memperoleh hasil kurang lebih 10 kg dalam satu kali masa panen dengan harga per kilogramnya di pasaran mencapai Rp 25.000. Jika dikalkulasikan, pelaku skala kecil rumah tangga 40 lubang, dapat meraup omzet kurang lebih Rp 250.000 dalam periode satu kali masa panen.

Dalam 1 tahun, dengan memanfaatkan sinar lampu UV, pelaku dapat melakukan 9-12 kali masa tanam, berbanding lurus dengan frekuensi masa panen. Itu artinya, omzet yang didapatkan dapat mencapai jutaan rupiah. Hal ini berbeda dengan sistem biasa yang masa tanamnya berkisar antara 6-9 kali dengan sistem rotari.

Beranjak dari skala kecil rumah tangga, untuk skala hobi dan industri, sistem dengan sinar lampu UV ini juga tidak kalah menjanjikan. Sebut saja untuk skala hobi 200 lubang, investasi yang dikeluarkan untuk starter kit kurang lebih 7,5 juta rupiah dengan biaya operasional setiap kali tanam kurang lebih 465 ribu rupiah.

Dari skala ini, pelaku dapat menghasilkan 50 kg tanaman dalam satu kali masa panen atau sekitar Rp 1.250.000 jika dikalkulasikan dalam rupiah. Jika diakumulasikan dalam 1 tahun, pendapatan tersebut sudah bisa menutup biaya investasi yang telah dikeluarkan di awal.

Sama halnya dengan skala industri, investasi yang diperlukan meliputi starter kit NFT 2.000 lubang dengan sinar lampu UV dan juga Green House berukuran 8x20 m. Biaya yang dikeluarkan oleh pelaku dalam investasi ini juga akan berbanding lurus dengan hasil panen yang didapatkan.

Melihat peluang tersebut, dengan sinar lampu UV dapat dinyatakan memiliki prospek yang cerah, di samping membangun ketahanan pangan dengan pola hidup sehat, pun dapat bernilai ekonomis.

Senior Manager General Affairs PLN UID Jawa Timur A. Rasyid Naja menyatakan kegembiraannya, program PLN Peduli yang digagas untuk meningkatkan pemberdayaan petani melalui metode dengan sinar lampu UV ini ternyata telah menghasilkan manfaat bagi masyarakat.

“Sesuai visi dan misi PLN, kami akan terus beroperasi memberikan pelayanan ketenagalistrikan yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta peduli terhadap lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik,” tukasnya. (mid/zar)

Lihat juga video 'Hidroponik, Budi Daya Menanam Favorit Petani Millenial ':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO