Terendam Banjir, Petani di Bantaran Sungai Bengawan Solo Panen Dini
Editor: Revol
Wartawan: Eky Nurhadi
Minggu, 05 April 2015 19:16 WIB
Puluhan hektar tanaman padi itu tersebar dibeberapa desa diantaranya, Desa Cangakan, Piyak, Kabalan dan Semambung. Umur padi bervariatif antara 20 sampai 30 hari. Menurut dia, jika padi tersebut terendam air sampai lima atau enam hari maka dipastikan gagal panen. "Tapi kalau hanya dua atau tiga hari masih bisa dipanen," jelasnya.
Meski banjir di Kecamatan Kanor belum usai, ia memprediksi jumlah kerugian pertanian di wilayahnya mencapai Rp 500 juta, baik pertanian padi maupun palawija. "Jumlah rumah yang tergenang tidak seberapa, hanya pertanian padi dan palawija," imbuhnya.
Selain di Kecamatan Kanor, sebagian para petani yang berada di Kecamatan Baureno, Balen, Kapas, Trucuk maupun Kalitidu juga melakukan panen dini pasca padi mereka terendam air. Puluhan hektare tanaman padi itu sejak Sabtu (4/4) mulai terendam akibat luapan air sungai terpanjang di pulau jawa itu.
Kepala BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo belum memastikan jumlah kerugian akibat banjir luapan air Sungai Bengawan Solo itu. Saat ini ratusan hektare tanaman padi yang tersebar dibeberapa kecamatan di Kota Ledre terendam air dan sebagian dipastikan gagal panen. Selain padi, ratusan rumah juga tergenang.
"Trend air sudah mulai turun, mudah-mudahan segera surut agar padi yang terendam terselamatkan," ungkapnya.
Sejak dua hari terakhir, Tinggi Muka Air (TMA) Bengawan Solo di Bojonegoro terus naik hingga menyentuh level siaga II. Air itu kiriman dari wilayah hulu seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo dan Kudus. Jika wilayah hulu masih terus diguyur hujan maka kondisi air Bengawan Solo akan terus naik dan menggenangi ratusan ribu warga Bojonegoro.