Tanggapi Pernyataan Gus Muhdlor, Pemuda Muhammadiyah Cek Fakta Soal Bunker Senjata di Sedati | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tanggapi Pernyataan Gus Muhdlor, Pemuda Muhammadiyah Cek Fakta Soal Bunker Senjata di Sedati

Editor: Yudi Arianto
Wartawan: Catur Andy Erlambang
Jumat, 18 Februari 2022 23:02 WIB

Ketua PDPM Sidoarjo Adit Hananta Utama dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muhammadiyah (Kokam)saat mendatangi sejumlah masjid di Sedati, Jumat (18/2).

SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Pernyataan Bupati Ali tentang isu radikalisme dan bunker senjata di salah satu masjid di Sedati membuat gusar sejumlah pengurus takmir. Untuk itu, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) turun langsung memastikan fakta soal bunker senjata yang dimaksud.

Sejumlah pengurus PDPM dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muhammadiyah (Kokam) mendatangi sejumlah masjid di Sedati, Jumat (18/2). Salah satunya tujuannya ialah Masjid Nurul Falah, Desa Semampir. Di masjid tersebut, pengurus PDPM diterima langsung oleh Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sedati Arifin Haryanto. Pihaknya menjelaskan, di Sedati terdapat lima masjid di bawah pengelolaan Muhammadiyah.

"Semua masjid Muhammadiyah di Sedati kami pastikan aman, setiap aktivitasnya terpantau dan tidak ada bunkernya," tutur Arifin.

Dengan beredarnya isu radikalisme di 15 kecamatan, khususnya bunker senjata di Sedati, Arifin mengaku harus ekstra hati-hati. Sebab, masjid Muhammadiyah terbuka untuk siapa saja yang ingin melaksanakan ibadah.

"Kalau isunya begitu kan kita jadi harus semakin hati-hati dan penjagaannya diperketat. Kalau masalah kotak amal yang dibobol sih biasa, mungkin ada yang butuh. Tapi kalau tiba-tiba ada yang menuduh masjid tempat berkembangnya radikalisme kan jadi saling curiga," ungkapnya.

Selain Masjid Nurul Falah, jajaran pengurus PDPM juga mengunjungi Masjid Al Islam Desa Banjar Kemuning. Ketua Takmir Masjid Al Islam Ahmad Mustofa menegaskan, masjidnya dibangun atas semangat iman dan taqwa. Tidak ada aktivitas apapun di masjid tersebut yang bertentangan dengan semangat nasionalisme dan menentang hukum yang berlaku.

"Di sini hanya digunakan untuk salat jama'ah dan pengajian-pengajian rutin. Dalam satu bulan, kita melaksanakan delapan kali pengajian. Empat kali pengajian tafsir Alqur'an, dua kali kajian fiqih, dan dua kali pengajian hadits," ujar Mustofa.

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video